Posisi Mbak Puan Maharani sebagai calon presiden akhir-akhir ini menguat, bukan semata karena statusnya sebagai cucu Soekarno dan anak biologis Megawati. Memang hal itu sudah melekat, namun yang terjadi akhir-akhir ini lebih karena kematangan dan kedewasaan Mbak Puan.
Orgininalitas dan keiklhasan Mbak Puan terlihat terus mentradisikan turun ke bawah. Awalnya dikritik dan dinyinyirin karena dianggap pencitraan, tapi kemudian terlihat bahwa beliau memiliki keinginan untuk betul-betul ikut merasakan serta belajar dari rakyat dipimpin. Ada keihklasan dan kerendahan hati Mbak Puan untuk mendengar rakyat
Perubahan persepsi publik terhadap kepemimpinan Mbak Puan ini juga menandakan masyarakat Indonesia semakin dewasa dalam berdemokrasi dan berpolitik. Apalagi, leverage kompetensi Mbak Puan cukup diakui di tingkat internasional, dalam posisinya sebagai Ketua DPR RI saat penanganan pandemi COVID-19 lalu.
Ada kecenderungan sosok pemimpin perempuan lebih disukai publik karena lebih tulus, rapi, telaten, dan ulet. Tapi, faktor-faktor itu saja tidak cukup. Perlu dilengkapi dengan sifat-sifat lain dalam kepemimpinan, yakni kewibawaan, kebijaksaan, dan pro rakyat secara batiniah yang bukan dilakukan sebagai pencitraan. Hal ini dilakukan Mbak Puan dengan terus menerus turun, turun, dan turun ke bawah mendengarkan rakyat.
Selengkapnya di