Podcast Bung Karno Series BKN PDI Perjuangan Bulan Bung Karno 2023 Episode 10 bersama seniman Yogya Sri Krishna Encik.
Seniman kenamaan Yogyakarta, Sri Krishna Encik menyatakan, Indonesia butuh pemimpin visioner yang menerapkan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, dia menolak visi-visi perubahan yang ‘nggak nyambung’ dengan pemerintahan sebelumnya, terutama jika ada diskontinuitas dengan visi jangka panjang Sukarno, Presiden Pertama RI.
“Bukan mengganti, kalau mengganti itu saya nggak suka, artinya kan mengganti sistem yang baru. Tapi melanjutkan apa yang sudah diprogramkan, karena biar berkesinambungan,” terangnya dalam tayangan Podcast Bung Karno Series 2023 di akun Youtube BKN PDI Perjuangan bersama host Aris Setiawan Yodi dan Dyka Sardjoe, Sabtu (10/6/2023).
Kemandekan dalam membangun Indonesia, kata Encik, bisa saja terjadi ketika para pemimpin sebelumnya yang memiliki gagasan yang besar dan visioner saat susah payah negara ini dibangun tetapi tidak ada kesinambungan.
Oleh karena itu, lanjut Encik, menjadi seorang pemimpin bukan berarti asal memiliki konsepnya sendiri dalam menjalankan pemerintahan. Hal ini khususnya ditekankan pada program-program yang sudah berjalan dan terbukti memberikan dampak kepada masyarakat luas. Prinsip ini menjadi kunci pembangunan berkelanjutan.
“Kalau pemimpin tidak mau mengabdi dan tidak mau melanjutkan apa yang sudah ada ya kelamaan dong, tidak jalan nanti,” selorohnya.
Encik juga menekankan bahwa pemimpin Indonesia ke depan harus benar-benar adil dan mampu merangkul semua elemen masyarakat serta membawa perubahan-perubahan yang positif. Inklusivitas itu harus ditiru dari Presiden Pertama Sukarno.
“Bayangin, kita itu berbagai macam suku bangsa, tapi bisa bersatu ide konsep beliau (Sukarno, Red) luar biasa, tapi saya ambil konsep saya, beliau ini melayani, melayani bangsa ini,” tutur pria kelahiran Wonogiri ini.
Pemimpin, bagi Encik, harus memiliki prinsip yang kuat. Dimana keberanian adalah salah satu prinsip kunci dalam berbuat dan meraih sesuatu, terutama kontribusi untuk kepentingan bangsa dan negara.
“Hidup itu harus berani, kalau hidup tidak berani ya udah tidak usah hidup, gitu lho, jangan takut,” ujarnya.
Sosok pemimpin, menurut Encik, harus berani dan bisa mengabdi, dimana mengabdi merupakan cerminan dari melayani bangsa dan negara. Mengabdi berarti juga melanjutkan daripada apa yang sudah menjadi gagasan besar para pemimpin sebelumnya dan terbukti sukses.
“Pemimpin itu seharusnya kan, yang bisa mengabdi. Orang yang bisa mengabdi kepada bangsa ini, yang kedua mampu dan mau melanjutkan pemerintahan yang sebelumnya,” kata seniman yang pernah menimba ilmu di Fakultas Hukum UGM itu.
Selengkapnya di