Tinjau ‘Modern Rice Milling Plant’, Komisi VI DPR Cek Kebutuhan Pangan Selama Ramadan dan Idulfitri

Tim Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VI DPR RI meninjau sentra penggilingan Padi Bulog di Kecamatan Tambakdahan, Subang, Jawa Barat. Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima mengatakan, dalam kunjungan ini ada dua poin penting yang menjadi perhatian.

Poin pertama yakni terkait alur distribusi bahan pangan yang terganggu akibat perdagangan internasional, serta poin kedua yakni ketersediaan stok kebutuhan pangan dan harga pangan yang selalu naik saat Ramadan dan menjelang Idulfitri.

Komisi VI DPR RI merasa perlu melihat hasil alokasi anggaran Rp2 triliun untuk hal-hal yang terkait dengan penyertaan modal negara kepada Bulog.

Yang  menjadi salah satu program dari Rp2 triliun itu adalah menjadikan Bulog menjadi satu perusahaan yang modern dalam sistem pengadaan beras.

“Kita harapkan dengan adanya Modern Rice Milling Plant (MRMP) ini, Bulog tidak lagi punya alasan menampung gabah dari para tengkulak, tapi bisa memasok dari petani,” kata Aria Bima usai memimpin Tim Kunspek Komisi VI DPR RI meninjau pengoperasian MRMP.

Politisi PDI-Perjuangan itu mengatakan, setiap beroperasinya MRMP dapat menghasilkan beras 60 ton per harinya atau 6 ton per jam. Aria Bima berharap dengan perubahan sistem perusahaan Bulog menjadi sistem yang modern dapat menyangga kebutuhan pangan nansional khususnya untuk komoditas beras, kedelai dan jagung.

“Dulu kelihatan gudang itu kumuh, bahkan gabah kering panen ke kering giling hanya ditumpuk. Namun sekarang prosesnya relatif tidak memakan tempat yang begitu besar dan bisa digunakan sebagai suatu proses produksi beras. Sehingga Bulog tidak hanya bisa menjamin sebagai Public  Service Obligation (PSO), tetapi juga bisa berfungsi sebagai perusahaan modern yang berorientasi pada profit,” katanya mengapresiasi.

Perlu diketahui, MRMP di Subang dilengkapi fasilitas dryer atau pengering serta silo. Setiap MRMP dilengkapi tiga silo, setiap silo menampung 2.000 ton. Maka satu MRMP akan memiliki 6.000 ton kapasitas penyimpanan gabah. 

“Bulog dulu tidak bisa menjadi penampung gabah karena sistem belum memenuhi prasyarat. Namun sekarang Bulog mampu memutus mata rantai pasok dalam menyerap gabah petani,” tandas Aria Bima.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *