Liputan6 Talks SCTV: Jangan Bikin Framing Jadi-Jadian, PDI Perjuangan Terbuka Bekerjasama dengan Siapa Saja

Liputan6 Talks Bersama Skolastika Sylvia, Andy Budiman, Habiburokhman, Adi Prayitno dan Rustika Herlambang

Tidak benar jika dikatakan PDI Perjuangan mengecilkan partai-partai kecil. Dalam mengusung dan mengamankan pemerintahan Presiden Jokowi, PDI Perjuangan menempatkan posisi PSI sejajar dengan Partai Golkar, PKB, Partai Nasdem dll. PDI Perjuangan tidak pernah menempatkan partai politik berdasarkan besar kecilnya, tapi lebih kepada integritas, konsistensi ideologi dan prinsip untuk mewujudkan hal-hal baik bagi bangsa ini ke depan.

Kami bekerjasama dengan partai-partai politik berdasarkan sikap gotong royong untuk menyelesaikan persoalan bangsa ke depan. Hal ini tak mungkin dilakukan PDI Perjuangan sendiri. Karena itu, PDI Perjuangan juga bekerjasama dengan parpol lain yang tidak mendukung Ganjar Pranowo sebagai calon presiden, demi kesejukan dan keharmonisan pada kontestasi Pemilu 2024.

Kami menghormati sikap PSI, kami memahami kalaupun nanti mendukung Prabowo, sebagaimana kami menghargai Nasdem, Demokrat, dan PKS yang mendukung Anies Baswedan, dan juga kami mendukung Ganjar Pranowo. Itu adalah wilayah daulat PSI, mau dukung Prabowo monggo, mau bergabung ke Ganjar ya silakan. Jangan dikesankan PDI sombong, tak mau merespon PSI, dan sebagainya. Dalam soal mengusung capres-cawapres pada Pemilu 2024, PDI Perjuangan sangat terbuka bekerjasama dengan partai manapun. Jangan diframing seolah PSI merasa terdzolimi, merasa tak diperhatikan PDI Perjuangan dan Ganjar Pranowo. Silakan ambil sikap berdasarkan jati diri partai, tanpa mengait-ngaitkan dengan kami, yang memang tak pernah mengecilkan partai lain.

Untuk mendukung capres-cawapres dalam bangsa yang sekompleks ini, kita berharap agar yang diutamakan adalah kepentingan “mempelai”-nya, agar jadi keluarga Sakinah, mawadah, warahmah, bukan kepentingan besan atau mak comblangnya.

Terkait mas Wali Gibran, kami bangga juga jika kader-kader kami dianggap sukses. Tidak mungkin seorang Jokowi, Ganjar, atau Gibran sebagai orang muda tidak dipersiapkan secara meritokrasi. Mereka ini orang-orang muda yang memang dipersiapkan, meski kami tidak melihat dikotomi soal usia dalam menentukan pemimpin bangsa. Bukan hanya terkait untuk kepentingan elektoral.

Kita memilih Pak Jokowi, pernah memilih Bu Mega, lalu Ganjar dan mempersiapkan mas Gibran ke depan, semua benar-benar karena kompetensi personal, kompetensi profesional, kemampuan sosial, kemampuan pedagogi, serta kematangan dalam narasi ideologis. Tapi, perlu ditegaskan bahwa semua koridor komunikasi politik harus dengan koridor konstitusi.

Jangan dianggap pula seolah-olah Pak Jokowi atau mas Gibran mendesain aturan dalam gugatan Mahkamah Konstitusi, menyiapkan draft undang-undang DPR dan lain-lain. Hal itu tak ada dalam pikiran PDI Perjuangan, Pak Jokowi, dan mas Gibran. Kami ini taat konstitusi, jangan menggunakan cara-cara memanipulir keinginan Pak Jokowi atau mas Gibran untuk mendapat dukungan elektoral. Tidak etislah.

Selengkapnya di

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *