Habib Syafiq: Dua Syarat Selamat Dunia Akhirat

Program Inspirasi Sahur Badan Kebudayaan Nasional PDI Perjuangan Episode 27: Kitab Adab Al-Insan Karya Habib Usman bin Yahya| Habib Syafiq bin Ali Ridho BSA.

Terdapat dua faktor penentu dalam hidup yang rukun dan tentram. Yakni, manusia harus berilmu dan beradab. Dua syarat itu pula yang mampu membuat selamat dunia akhirat.

Hal tersebut disampaikan oleh Habib Syafiq bin Ali Ridho BSA dalam program Inspirasi Ramadan 2023 Edisi Sahur BKN PDI Perjuangan di akun Youtube BKN PDI Perjuangan, Selasa (18/04/2023).

“Jadi, Kalau orang ingin selamat dunia akhirat, jaga adab. Attitude itu yang paling penting,” ujarnya.

Syafiq juga menjelaskan bahwa Imam Syafi’i pernah berpesan, ilmu dan adab tidak pernah bisa dipisahkan karena dua hal tersebut saling melengkapi dan menyempurnakan. Jadi, jika manusia lembut hati laksana tepung, maka seberapa tinggi ilmunya akan selalu menjadi bermanfaat.

“Al-Imamu Syafi’i pernah berkata, jadikan ilmumu bagaikan garam sedangkan adabmu bagaikan tepung,” papar Pembina Majelis Taklim Riyadhul Jannah itu.

Syafiq lanjut menambahkan bahwa jika seseorang itu tidak memiliki akhlak atau adab yang baik, meskipun memiliki kemampuan ilmu yang tinggi segala sesuatunya pun tidak akan memberi manfaat bagi orang lain.

“Segala sesuatu atau siapapun yang tidak ada manfaat, berarti ucapannya pun tidak membawa manfaat. Walaupun dia memiliki teori yang luar biasa, tapi kalau orang memandang risih terlebih dahulu, yang seperti ini tidak akan membawa manfaat,” tuturnya.

Syafiq lanjut memberi penggambaran pentingnya adab dan ilmu dalam konteks kehidupan sehari-hari khususnya dalam menyampaikan kritik dan informasi atau berita menggunakan media sosial. Jangan sampai dalam menggunakan media sosial tanpa ilmu dan adab dapat merugikan, menimbulkan pertikaian dan menyakiti orang lain ataupun diri kita sendiri.

“Adapun kalau berita yang baru dia dengar lalu disampaikan, tanpa di kroscek terlebih dahulu, tanpa tabbayun, benarkah, jujurkah, maka orang yang menyebarkan berita tanpa tabbayun terlebih dahulu Nabi menyatakan termasuk orang yang pendusta,” terang Syafiq.

“Memindahkan satu ucapan dari orang satu ke orang lain dan terjadi permusuhan, perselisihan, pertikaian, ini Namimah apapun bentuknya. Walaupun jujur kalau memindahkan satu ucapan ke orang lain agar terjadi permusuhan maka orang ini melakukan Namimah (adu domba,Red),” imbuh Penasehat Hadramaut Center Indonesia.

Syafiq lantas menyitir sebuah pesan untuk para Ulama dari kisah Sayyidina Umar dan Nabi Muhammad SAW ketika bertemu orang Yahudi penagih hutang. Ulama seyogyanya memiliki peranan penengah dan antara masyarakat pemerintah.

“Tugasnya ulama harus seperti posisi Sayyidina Umar, menasehati kedua pihak. menasehati pemerintah, jalankan tugasmu dengan baik. Amanah yang dipercaya tolong disampaikan dengan baik. Kemudian ke masyarakat, kalau ingin meminta dengan cara baik-baik. Bukan cara kekerasan atau mencaci-maki. Sehingga inilah tugas Ulama yang sesungguhnya,” pungkas Guru di Yayasan Al Fachriyah itu.

Lihat selengkapnya di

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *