Pakar Sejarah Islam: Belanda Banyak Mengubur Sejarah Islam Indonesia

Program Inspirasi Sahur Badan Kebudayaan Nasional PDI Perjuangan Episode 22: Al- Islam fi Indonesia | KH. Ahmad Baso.

Penjajah Belanda sejak abad 16 silam rupanya banyak mengubur sejarah penyebaran Islam di Indonesia. Upaya tersebut dilakukan melalui mekanisme diskriminasi penulisan narasi sejarah kepada sejumlah etnis tertentu sebagai sumber sejarah. Hal tersebut terungkap kala KH. Ahmad Baso mengupas Kitab Al Islam fi Indonesia karya KH. Abdullah bin Nuh dan Sayyid Dhiya Syahab, pada program Inspirasi Ramadan Edisi Sahur di Youtube BKN PDI Perjuangan dipandu Syafril Nazirudin, Kamis (13/4/2023).

“Sejarah kita kan lebih banyak berbasis dari analisis-analisis sarjana Belanda, dan itu pasti sangat bias, timpang, dan merugikan,” ujarnya.

Baso juga mengungkapkan bahwa para penjajah tidak mengakui bahwa Islam disebarkan oleh para keturunan Rasullulah. Hal ini dilakukan karena pada saat itu Belanda sedang memusuhi orang Arab.

“Mereka tidak mengakui keturunan Sayyid, bahwa Islam ini disebarkan oleh para Sayyid keturunan Rasulullah SAW. Karena waktu itu Belanda sedang memusuhi orang Arab,” kata Baso.

Diskriminasi tersebut juga terjadi pada metode penyebaran Islam yang banyak dibawa para pedagang dari belahan India dan Timur Tengah. Bagi Belanda, metode berdagang sekaligus penyebaran agama tidak dianggap sebagai hal yang lazim. Padahal, memang faktanya kedua hal tersebut saling berkelindan dalam penyebaran Islam di Nusantara.

“Lewat perdagangan para Wali ingin mengajarkan orang Indonesia kemandirian ekonomi. Kalau bicara Islam, tetapi sebuah bangsa tidak membangun kemandirian ekonominya, maka akan gampang dijajah,” terang Peneliti Manuskrip Nusantara itu.

Baso menjelaskan, semangat dagang dari penyebar Islam akan berdampak pada ekonomi yang dapat menyatukan kekuatan menjadi senjata untuk mengusir penjajah. Hal ini ternyata diingkari oleh para akademisi Belanda karena takut Indonesia akan maju secara ekonomi.

“Semangat dagang dari pembawa Islam ini, bukan sesuatu yang ditabukan. Justru menyatu menjadi kekuatan. Ini mau diingkari oleh sarjana-sarjana belanda itu, karena tidak mau Indonesia maju secara ekonomi, karena ekonomi adalah senjata untuk mengusir penjajah,” kata Baso.

“Sejarah Islam di Indonesia merupakan bagian dari bersatunya kekuatan islam, para Ulama, dan juga kekuatan nilai-nilai nasionalisme yang berbasis religius,” imbuhnya.

Selengkapnya di

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *