Miskin Sosok Panutan, Pemuda Kini Lebih Sering Dipertontonkan Budaya Tidak Berintegritas dan Koruptif

Podcast Bung Karno Series BKN PDI Perjuangan Bulan Bung Karno 2023 Episode 4 bersama pakar psikologi Hamdi Muluk.

Pragmatisme, hedonisme, dan individualisme kini menjadi ancaman serius bagi para pemuda bangsa. Paham tersebut dapat mengancam eksistensi pemuda sebagai tonggak pembangunan karakter dan peradaban Indonesia. Bung Karno pernah bertutur bahwa 1.000 orang tua hanya bisa bermimpi, namun 1 orang pemuda bisa mengubah dunia, perkataan yang menekankan bagaimana pentingnya peran pemuda dalam kemajuan suatu negara.

Hal tersebut terulas secara mendalam pada Podcast Bung Karno Series bersama Prof. Dr. Hamdi Muluk, M.Si. yang tayang di akun Youtube BKN PDI Perjuangan, Minggu (4/6/2023) dipandu oleh host Anang Setia dan Esti Marina.

“Bung Karno pernah berkata ingin membangun karakter manusia Indonesia seutuhnya, ia berkata sesungguhnya nation building itu character building, dan manusia Indonesia harus memiliki hati yang putih, bermental baja, dan semangat menyala-nyala seperti Rajawali” tutur Guru Besar Universitas Indonesia tersebut.

Hamdi Muluk sangat menekankan agar jangan menjadi pemuda yang memiliki jiwa sontoloyo. Pemuda harus memiliki hati putih dengan menjunjung tinggi integritas, kejujuran, tanggung jawab, dan amanah. Ahli psikologi politik tersebut menekankan bahwa bermental baja itu harus punya spirit kerja pantang menyerah dan memiliki etos kerja kuat. Dengan mental baja pemuda akan berperilaku produktif, dengan semangat yang menyala-nyala.

“Ketika integritas sudah dibangun, etos kerja sudah jalan, tapi jika tidak dibingkau dengan semangat solidaritas dan persatuan, maka kita mungkin maju sebagai individu akan tetapi tidak sebagai bangsa, artinya perlu nasionalisme dan gotong royong juga” jelasnya.

Bagi Hamdi, budaya meritokrasi adalah salah satu upaya untuk melawan pragmatisme, hedonisme, dan individualisme. Orang harus diberikan penghargaan sesuai dengan kerja keras yang dilakukan, serta diberi hukuman yang setimpal dengan kesalahannya.

“Saat ini semua kebolak-balik, orang tidak kerja keras kita puji, tapi orang jujur tidak kita hargai, jangan hanya kita sembah materialisme semata, kelihatannya keren tapi itu hasil dari korupsi, hakikat sukses itu bukan hanya dari tampilan fisik,” ungkap Hamdi.

Hamdi menjelaskan bahwa ketika kesuksesan muncul dari kerja keras, maka orang tersebut akan bijak dalam berpenampilan dan memiliki ketahanan mental yang baik atau dalam dunia psikologi dikenal sebagai resiliensi. Seseorang akan lebih menghargai hidupnya, dengan tidak berperilaku sembrono.

“Kalau dalam bahasa minang, jangan jadi orang yang rancak di labuah, suka berdandan seperti orang kaya agar kelihatan mentereng, tetapi keadaan rumah tangganya tidak karuan, banyak hutang, dan lain sebagainya” seloroh Hamdi.

Saat ini menurut Hamdi, Indonesia miskin sosok tokoh pemuda panutan seperti jaman dahulu. Mirisnya, saat ini para pemuda hanya banyak dipertontonkan perilaku koruptif para politisi. Tidak ada lagi sosok pemuda seperti Bung Karno, Bung Hatta, Tan Malaka, Sutan Sjahrir, dan lain sebagainya di awal kemerdekaaan Indonesia yang kini dapat menjadi panutan.

“Meski, sejatinya yang terpenting bukan batasan muda secara biologis, tetapi pola pikir pemuda dengan karakter tidak takut mati, mau bermimpi, mau bekerja keras, dan mau bekerjasama itulah yang penting. Muda dengan usia 20 tahun tapi tidak memiliki pola pikir sebagai anak muda dengan hati putih, mental baja, dan semangat menyala-nyala juga apa gunanya kan” pungkasnya.

Selengkapnya di

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *