Terorisme bukan ajaran agama mana pun. Bahkan dalam Islam aksi teror sangat bertentangan dengan inti ajaran Islam yang mengedepankan penjagaan terhadap kehidupan. Pun demikian dengan pengertian jihad yang masih banyak pihak salahartikan dan kaitkan dengan aksi teror.
Hal itu disampaikan oleh Muhammad Syauqillah, Ketua Program Studi Kajian Terorisme Sekolah Kajian Strategik dan Global Universitas Indonesia dalam acara Inspirasi Sahur Islam dan Kebangsaan bertema “Terorisme Bukan Ajaran Agama” yang disiarkan melalui channel Youtube bknpusat PDI Perjuangan pada Sabtu (8/5/2021) yang dipandu oleh Host Muhammad Putri Novalianota dalam acara sahur yang ditayangkan rutin setiap pukul 03.00 WIB.
“Tidak bisa dipungkiri juga, memang pelaku teror itu rata-rata berbasis latar belakang keagamaan. Kalau di Indonesia misalnya mayoritas bergama muslim, di India dan Myanmar itu Hindu dan Budha. Dan kalau kita tengok ke negara-negara lain memang terorisme itu tidak dimonopoli atau milik agama agama tertentu,” ujar Syauqillah.
“Ada misalnya terorisme berbasis supremasi kulit putih, seperti yang baru-baru ini kita lihat di Amerika. Ada juga yang berbasis etnonasionalism, seperti PKK yang ada di Kurdi, Suriah atau Turki. Atau ada juga yang terkait dengan gerakan right wing atau left wing seperti yang terjadi di Amerika Latin atau negara-negara lain,” lanjut Syauqillah.
Syauqillah menjelaskan bahwa fokus di Indonesia terkait aksi teror itu berdasarkan latar belakang agama yang keliru. Banyak pihak yang menafsirkan ayat-ayat tentang perang yang itu kemudian tidak kontekstual. Konteks Indonesia adalah negara yang Darussalam atau damai bukan yang dalam keadaan perang. Namun demikian, kelompok-kelompok takviri dan salafi jihadi yang mengembangkan narasi-narasi perang di Indonesia.
“Terkait Jihad, banyak ditafsirkan secara keliru, seolah berperang itu jihad. Padahal, arti jihad itu sungguh-sungguh. Jadi kalau konteks Indonesia yang damai ini bukan perang bentuk jihadnya, tetapi sungguh-sungguh menjaga kedamaian, sungguh-sungguh bekerja, sungguh-sungguh menolong terhadap sesama, itu jihad,” kata Syauqillah.
“Jadi teror bukan jihad, apalagi dalam ajaran agama Islam ada intinya, yaitu menjaga kehidupan, membunuh satu orang saja itu artinya membunuh kehidupan, membunuh umat manusia. Jadi, melakukan teror yang membunuh orang jelas menyalahi inti dari ajaran agama,” lanjut Syauqillah.
Syauqillah berpesan agar kaum muda dapat mengantisipasi perkembangan perekrutan teroris era saat ini. Saat ini, metode yang diginakan bukan saja offline namun juga online, jadi senjata anak muda untuk menghadapi itu adalah kritis setiap menerima informasi dari media apapun itu.