Episode Perdana Talk Show & Musik Bulan Bung Karno Angkat Tema ‘Pancasila Dalam Perspektif Seni dan Budaya’

Mulai Selasa, 1 Juni 2021, Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) Partai Demkorasi Indonesia Perjuangan menyajikan acara ‘Talk Show dan Musik’ dalam rangkaian peringatan Pancasila dan Bulan Bung Karno. Episode pertama mengambil tema ‘Pancasila Dalam Perspektif Seni dan Budaya’ dengan narasumber Addie MS. dan Garin Nugroho, dipandu host Rano Karno. Tayangan serupa akan hadir setiap pukul 16.30 WIB di kanal Youtube BKNP PDI Perjuangan selama satu bulan penuh pada 1-30 Juni 2021.

‘Pancasila Dalam Perspektif Seni dan Budaya’ menjadi topik diskusi hangat dalam episode perdana ‘Talk Show & Musik’ yang diselenggarakan Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDI Perjuangan.

Perbincangan dibuka oleh Panitia Pengarah Bulan Bung Karno PDI Perjuangan, Djarot Saiful Hidayat. Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Ideologi dan Kaderisasi ini menjelaskan bahwa bahwa acara ini dihelat dalam rangka mengajak anak muda Indonesia untuk berani secara kreatif dan cerdas, memaknai Pancasila dalam bentuk kekinian dan modern tanpa meninggalkan spirit sejarah.

“Bulan Bung Karno, menjadi cara PDI Perjuangan mengajak anak muda untuk memaknai Pancasila dalam bentuk kekinian, modern, tanpa meninggalkan spirit sejarah,” kata Djarot.

Salah seorang narasumber utama talk show, musisi Addie Muljadi Sumaatmadja atau lebih dikenal sebagai Addie MS menggarisbawahi bahwa Pancasila sampai kapanpun akan menjadi solusi untuk negeri Indonesia yang bhineka ini. Utamanya, dengan pengamalan sila ketiga, ‘Persatuan Indonesia’ merupakan sebuah solusi untuk Indonesia di masa kini dan masa yang akan datang.

“Keberadaan Pancasila semakin diperlukan di era globalisasi teknologi, di mana segala bentuk informasi dengan mudah membanjiri masyarakat. Dengan adanya Pancasila, ini menjadi alat pemersatu. Bahwa dengan informasi apapun yang kita dapat, jangan lupa akan persatuan. Saya tidak bisa membayangkan bagaimana kalau Pancasila itu tidak ada,” jelas Addie.

Selain itu, konduktor ternama Indonesia ini menambahkan bahwa kita harus ‘memanggil’ Pancasila yang sudah ada di bumi Indonesia dengan cara yang halus dan tajam.

“Apa yang sebaiknya dilakukan para seniman lakukan sekarang ini adalah memekarkan atau mengharumkan kembali Pancasila di masyarakat,” ungkapnya.

Salah seorang pendiri ‘Twilite Orchestra’ itu mencontohkan lagu anak-anak yang berjudul ‘Pelangi Pelangi’ karya AT Mahmud nan penuh makna sudah jarang terdengar di televisi.

“Beda dengan zaman dulu, ketika disiarkan oleh TVRI, semuanya ikut satu suara menyanyikan,” kenangnya.

Addie menilai, justru dengan adanya perbedaan sudut pandang dan gerak masing-masing merupakan aset, terlebih dalam dunia seni. Namun hal yang paling penting adalah bagaimana menghadirkan dan membangkitkan kembali spirit Pancasila di era kekinian. Dalam hal seni misalnya, bagaimana lagu-lagu zaman dulu yang mengajarkan nasionalisme itu diaransemen ulang dengan nada dan musik yang khas dengan zaman sekarang,

“Bagaimana semangat Pancasila dan semangat perjuangan dihadirkan di era kekinian dengan cara masing-masing sesuai dengan posisi dan kedudukannya masing-masing. Semisal, lewat lagu anak-anak tadi itu diaransemen ulang,” tambah Addie.

Sudut pandang yang tak jauh berbeda diungkapkan juga oleh seorang sutradara dan budayawan Garin Nugroho. Ia menilai Pancasila yang kita anut sebagai dasar negara sampai hari ini mempunyai nilai dan aspek seni, bahkan para seniman juga ikut andil dalam merumuskan Pancasila.

“Pancasila itu justru berbasis nilai-nilai seni. Para perumus Pancasila itu banyak para senimannya, kalau tak ada senimannya, malah Pancasila tak akan jadi. Contohnya, Muhammad Yamin, dikenal sebagai ‘Bapak Sonata’. Itu baru satu. Muhammad Hatta, kalau memberi hadiah isterinya selalu berupa buku. Soekarno? Bahkan dianggap seperti ‘Bapak Teater’,” kata Garin.

Sutradara terbaik peraih Piala Citra dalam Festival Film Indonesia 2019 ini mengungkapkan bahwa nilai-nilai yang membentuk Pancasila itidak terlepas dari nilai dan unsur budaya.

“Proses Pancasila adalah proses budaya. Dari segi bahasa aja, kata Pancasila ada yang diambil dari Bahasa Sutasoman misalnya, dan ada yang dari Bahasa Sansekerta. Ini karena Soekarno sendiri sangat dekat dengan orang-orang ahli bahasa,” urai Garin.

Program ‘Talkshow & Musik’ BKNP PDIP dengan tema besar ‘Bung Karno Series’ hadir setiap hari pada bulan Juni pukul 16.30 WIB, tayang selama satu bulan penuh, dan dapat diikuti melalui kanal Youtube: BKNP PDI Perjuangan, Instagram: BKNPusat dan Facebook: Badan Kebudayaan Nasional Pusat.

Tayangan episode pertama bertema ‘Pancasila Dalam Perspektif Seni dan Budaya’ dapat disimak melalui tautan berikut ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *