Untuk memahami apa yang disampaikan Bu Mega, kita harus lihat background beliau, selain sebagai ketua umum PDI Perjuangan, juga sebagai negarawan cukup lama makan asam garam politik dan pernah mengalami represi dari pemerintahan berkuasa. Bu Mega tahu betul bagaimana orang yang mabuk kekuasaan di zaman Orde Baru. Bu Mega tahu betul kekuasaan dan situasi dalamnya Istana.
Ungkapan bijak Bu Mega mengingatkan kita bahwa siapapun penguasa tidak terjebak dalam keinginan melanggengkan kekuasaan dengan menggunakan segala cara, seperti yang pernah dilakukan rezim Orde Baru. Petuah ini jangan dipahami tidak pada konteks untuk orang tertentu, tapi ditujuakn untuk semua pemimpin di negara ini.
Bu Mega juga menyampaikan bahwa kekuasaan itu ada batasnya. Batasnya di mana, batasnya itu saat hati nurani rakyat ditabrak, saat ada ketidaknyamanan seperti adanya intimidasi, keterbatasan untuk hak-hak berkumpul dan memberikan dukungan pada satu pasangan calon dibandingkan paslon lainnya. Hal-hal ini direkam betul oleh Bu Mega berdasar suara dari banyak instrumen. Manifestasi rakyat yang mulai resah itulah yang ditangkap Bu Mega pada pidatonya.