Kontroversi Metro TV: Menguji Netralitas Jokowi bersama Zilvia Iskandar, Joanes Joko, Habiburokhman, Ahmad Khoirul Umam, Jazilul Fawaid, dan Effendi Gazali
Di setiap momen Pemilu, kita selalu membangun imajinasi narasi berupa pendidikan politik dan membangun budaya politik, membangun peradaban. Posisi presiden ini sangat kuat. Begitu presiden tidak netral, menjadi pertanyaan: apa legacy yang ditinggalkannya?
Sebagai seorang ayah yang sayang pada anaknya, Jokowi tentu lebih berpihak kepada pasangan Prabowo-Gibran. Namun, sebagai pemimpin dan kepala negara dengan jejaring, sumber daya, kekuasaan besar, kalau tidak netral kan berbahaya. Saat ini sudah ada kecenderungan ketidaknetralan, meski saya masih yakin Presiden Joko Widodo ada pada posisi netral.
Sebagai partai pemenang Pemilu 2019, PDI Perjuangan berimajinasi untuk mengamankan pemerintahan, termasuk mengamankan Pemilu 2024 dengan jujur dan adil, termasuk soal netralitas. Kami khawatir instrumen pertahanan, instrumen keamanan, dan instrument birokrasi penyelenggara negara dipakai sebagai instrumen politik memenangkan Prabowo-Gibran. PDI Perjuangan terus melakukan check balances pada hajatan rakyat ini tidak jadi hajatan sebagian orang memfungsikan politik elektoralnya.
Pernyataan netral Jokowi seharusnya tak hanya sebatas ucapan, tapi juga berupa sikap, yang berujung pada netralitas, rasa keadilan dan penegakan hukum untuk seluruh peserta kontestasi dengan kesempatan menang dan kalah secara bersama-sama.
Selengkapnya di