Aria Bima menjelaskan, narasi hanya dua pasangan calon itu diungkit lantaran PDI Perjuangan punya pertimbangan sosiologi dan ekonomi. Dari sisi sosiologi, pemilihan presiden dengan dua pasangan calon itu akan berlangsung satu putaran. Jika tiga pasangan, maka pemilihan bergulir ke putaran kedua. “Polarisasi lebih tajam di putaran kedua,” kata dia.
Jika satu putaran, dia menambahkan penguatan konflik melemah. Sebab, di putaran pertama konflik tidak membesar karena masih berlangsung suasana pemilihan legislatif.
Sementara dari sisi ekonomi, pembiayaan Pilpres 2024 akan memakan dana besar. Aria menghitung dalam satu putaran pemilihan presiden menghabiskan dana Rp 17 triliun rupiah. Selanjutnya, jika berlangsung dua putaran, anggaran yang dihabiskan sebesar Rp 34 triliun. “Itu kuantitatif, Rp 17 triliun itu bisa kita irit,” ujar dia.
Pengiritan biaya dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara bisa dipakai merenovasi fasilitas pendidikan, kesehatan. “Ribuan bangunan sekolah, puskesmas, jembatan gantung bisa diperbaiki,” kata dia. Jutaan warga bisa menikmati Rp 17 triliun itu,” tutur dia.