Kompas TV Bersama Effendy Choirie dan Ray Rangkuti: Kerja Sama Dua Poros Lebih Efektif
Kalau Pemilu 2024 diikuti tiga calon, ada kecenderungan pilpres akan berjalan dua putaran, dengan kandidat yang kalah pada putaran pertama akan bekerjasama dengan salah satu pasangan calon lainnya. Nah, alangkah baiknya kalau cara bekerjasama itu dimufakatkan pada dua poros.
Mengapa sebaiknya dua poros saja? Ini lebih kepada aspek sosiologis dan psikologis. Kita selama satu tahun penuh terus melakukan kerja politik yang benar-benar menguras energi bangsa, padahal masih banyak hal lain yang harus kita kerjakan. Belum lagi bicara ekses secara psikologis dan politik kalaupun beberapa gesekan menuju konsensus ekuilibrium baru.
Di sisi lain memang ada faktor anggaran yang perlu biaya negara lebih besar jika pilpres berlangsung dua putaran. Tapi toh untuk demokrasi, soal anggaran kan bisa kita cari. Pertimbangan utamanya lebih karena hampir dua tahun dinamika wacana publik paling dominan diisi soal capres-cawapres dan pemilihan legislatif. Kalaupun akhirnya ada wacana kandidatnya hanya dua poros, sekaligus jadi pembelajaran publik untuk kita mempersandingkan bahwa konstitusi mensyaratkan capres-cawapres terpilih memang harus menang dengan suara 50 persen plus satu.