Tidak ada definisi tunggal ihwal komunikasi. Dari beragam pengertian atau definisi tentang komunikasi. Deddy Mulyana menyatakan tidak ada definisi komunikasi yang benar ataupun yang salah. Komunikasi adalah suatu proses yang tidak akan berakhir seiring sejalan dengan keberadaan manusia. Dengan demkian definisi tentang komunikasi juga akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Tanpa komunikasi tidak mungkin terbetuk suatu masyarakat. Sebalinya, tanpa masyarakat, manusia tidak mungkin dapat mengembangkan komunikasi.[2] Dengan demikian, komunikasi adalah penyamaan atau tanggapan yang yang sama atas pesan yang disampaikan atau diterima. Jika terdapat perbedaan pemahaman atas pesan yang disampaikan, maka perlu dilakukan aktivitas komunikasi yang baru untuk menjembatani perbedaan tersebut. Tindakan komunikasi yang memiliki makna sama merupakan peluang untuk menciptakan komunitas kelompok, organisasi masyarakat, atau negara. Proses penciptaan makna bersama tersebut membutuhkan beragam dinamikadan keterlibatan banyak pihak, termasuk peranan penting seperti komuinikator, materi pesan, media, khalayak, feedback (umpan balik), dan noise (berisik). Seluruh elemen komunikasi tersebut saling berkaitan satu sama lain dengan pemahaman yang berbeda pada ragam definisi komunikasi.[3]
Dari ratusan definisi komunikasi beserta keragamannya, harus dapat dipetik manfaatnya, apakah definisi yang dimaksud tersebut bisa menjelaskan aneka realitas dan fenomena yang didefiniskannya beserta evaluasinya. Beberapa definisi yang sesuai konsep penyamaan makna atas pesan yang disampaikan, antara lain:
Bernard Berelson dan Gary A. Steiner: Communication as the transmission of information, ideas, emotions, skills, etc., by the use symbols-words, pictures, figures, graphs, etc. It is the act of process of transmission that is usually called communication (Komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya dengan menggunakan symbol-simbol – kata-kata, gambar, figur, grafik, dan sebagainya. Tindakan atau proses transmisi itulah yang biasa disebut komunikasi).[4] Selain mengutip Berelson dan Steiner, dalam buku Communication Theories: Perspectives, Processes, and Contexts, Katherine Miller juga mengutip definisi komunikasi dari Hovland, Janis, dan Kelly, Human communication is the process through which individuals, in relationship, groups, organizations and societies create and use informations to relate to the environment and another (Komunikasi manusia adalah proses yang menyangkut individu, dalam berbagai hubungan, kelompok, organisasi, dan masyarakat yang menghubungkannya dengan lingkungan dan lainnya. Kutipan definisi lainnya yang dimuat oleh Katherine Miller adalah definisi komunikasi menurut Gerbner, Communication is social interaction through symbol and message system (Komunikasi adalah interaksi sosial dengan sistem symbol dan pesan).[5] Sedangkan definisi Weaver yang dikutip Miller adalah Communication is the all procedures by which one mind can affect another (Komunikasi adalah keseluruhan prosedur tentang bagaimana satu gagasan dapat mempengaruhi lainnya).[6]
Dari empat definisi tersebut, dapat dirangkum beberapa hal, antara lain:
- Komunikasi mampu memengaruhi jalan pikiran orang lain
- Komunikasi dapat menciptakan hubungan dalam berbagai tingkatan, derajat (level) dan bentuk komunikasi
- Komunikasi dapat menghubungkan semua elemen sosial
- Komunikasi melibatkan proses transmisi dallam beragam bentuk kemasan pesan
- Komunikasi melibatkan sistem simbol dan pesan dalam setiap proses interaksi.[7]
Salah satu definisi komunikasi yang banyak diajukan acuan para pegiat komunikasi – baik praktisi maupun akademisi – adalah versi Harold D. Laswell. Who says what in which channel to whom with what effect (Siapa mengatakan apa dengan saluran apa kepada siapa dengan pengaruh bagaimana). Mengacu pada definisi versi Laswell, proses komunikasi melibatkan lima unsur, yakni komunikator, pesan, media, khalayak, dan efek atau akibat yang ditimbulkan. Dalam tafsiran Deddy Mulyana , definisi komunikasi versi Laswell terdapat lima unsur komunikasi yang tergantung antara yang satu dengan lainnya, yang pertama sumber (source) sering disebut juga sebagai pengirim (sender), penyandi (encoder), komunikator (communicator), dan pembicara (speaker atau originator). Kedua pesan (message), ketiga saluran (channel) atau media, keempat penerima (receiver), dan yang kelima, adalah efek.[8]
Definisi komunikasi menurut Everett M. Rogers sebagaimana dikutip Hafied Cangara adalah, suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi yang pada gilirannya menimbulkan saling pengertian.[9] Sedangkan Wilbur Schramm mendefiniskan komunikasi sebagai saling berbagai informasi, gagasan, dan sikap.[10]
Definisi tersebut menjelaskan bahwa komunikasi merupakan transformasi ide dan gagasan yang merupakan pesan yang menjadi keniscayaan dalam proses komunikasi. Proses komunikasi juga merupakan upaya untuk menumbuhkan kesamaan pemahaman dari para pihak yang terlibat di dalamnya. Kesamaan atau kesetaraan dalam memahami pesan menunjukkan keberhasilan suatu proses komunikasi.
Konteks Komunikasi
Komunikasi bukan proses yang mandiri an sich, dan tidak berlangsung dalam ruang hampa. Komunikasi selalu terkait dengan situasi dan kondisi tertentu. Dengan kata lain, komunikasi terjadi selalu terkait dengan konteks tertentu. Pengertian konteks dalam komunikasi adalah semua faktor yang berada di luar orang yang sedang berkomunikasi. Faktor atau aspek yang menjadi konteks komunikasi antara lain, pertama hal yang bersifat fisik atau bendawi, misalnya cuaca, suhu udara, iklim, warna, bentuk bangunan, kondisi alam, jumlah orang, sarana dan prasarana penunjang komunikasi dan lain-lain. Kedua, aspek psikologis seperti sikap, prasangka, emosi, empati, simpati, dan sebagainya. Yang ketiga adalah aspek sosial seperti norma dan nilai masyarakat, karakteristik budaya, sistem kekerabatan, dan sebagainya. Keempat adalah aspek waktu, tanggal, bulan, tahun, hari,jam, pagi, siang, sore, malam. Ada juga yang memandang komunikasi berdasar konteks fisik, sosial, historis, psikogis, dan kultural, sebagai Mulyana mengutip Verderber.[11] Dari segi kuantitas mereka yang terlibat dalam proses komunikasi telah memunculkan komunikasi komunikasi intrapribadi, komunikasi diadik, komunikasi antrapribadi, komunikasi kelompok, komunikasi public, komunikasi organisasi, dan komunikasi massa. Adalagi komunikasi medio, konteks komunikasi yang terletak antara komunikasi tatap muka (diadik) dan komunikasi massa dengan menggunakan alat bantu misalnya, telepon atau gadget.
Dalam konteks yang lebih luas ada yang diklasifikasikan sesuai dengan bidang atau kejuruan tertentu sehingga melahirkan apa yang disebut komunikasi politik, komukiasi kesehatan, komunikasi pertanian, komunikasi bisnis, komunikasi antarbudaya, komunikasi internasional, dan sebagainya.
Perspektif Komunikasi
Perspektif adalah cara pandang atau anggapan dasar terhadap suatu masalah. Anggapan dasar juga sering disebut paradigma. Perpektif komunikasi dapat dipilah menjadi :
- Perspektif mekanistis
- Perspektif psikologis
- Perspektif interaksional
- Perspektif prgamatis.
Perspektif mekanistis dalam komunikasi adalah proses tukar-menukar pesan dalam relasi antar manusia. Perspektif mekanistis juga termasuk di dalamnya model jaga gerbang (gate keeping model). Dalam persepektif ini pesan ditangkap oleh sang penjaga (gate keeper) kemudian diteruskan kepada penerima pesan yang lain.
Perspektif psikologis dalam komunikasi adalah cara pandang berbasis kondisi psikologis, termasuk di dalamya adalah perspepsi dan sikap, keinginan, serta keyakinan berupa pesan yang d yang terkait dengan cara pandang dan kondisi emosional. Dalam konteks psikologis, berlaku prinsip stimulus-respons. Artinya pesan yang ditangkap segera akan mendapat respons berupa sikap atau tindakan tertentu yang berbasis kondisi psikologis – baik pribadi maupun kelompok. Perspektif pskologis bersikap sangat subjektif.
Perspektif interaksional dalam komunikasi pada hakikatnya adalah proses timbal-balik (resiprokalitas) setelah terjadi dialog berdasar relasi kausalitas.
Perpektif pragmatis adalah konteks komunikasi yang mengambil keuntungan dari fungsi-fungsi seluruh komponen komunikasi itu sendiri. Konteks pragmatis lebih menekankan bagaimana komunikasii dapat berrjalan dengan baik dan lancar, dengan noise dan distrorsi informasi yang minimal.
Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Informatika
Perkembangan teknologi komunikasi dan informatika yang demkian pesat tiga dasawarsa terakhir telah mendorong terjadinya percepatan perubahan sosial-budaya. Teknologi komunikasi dan informatika berbasis digital telah melahirkan Revolusi Industri Keempat atau Industry 4.0.[12] Sistem otomasi dan robotika berbasis digital tidak hanya sekadar perubahan cara kerja yang menuju efisien, tetapi juga telah melahirkan cara-cara berkomunikasi yang sama sekali baru, dan tidak dikenal pada masa-masa sebelumnya.
Internet of Things (IoT) atau internet untuk segala telah melahirkan tidak hanya cara-cara baru berkomunikasi melalui kelahiran media baru berbasis internet seperti media online dan media sosial. Kehadiran media baru telah menggerus dominasi peran media konvensional dalam pusaran arus informasi. Melalui media baru seperti media sosial dan media online, arus informasi berjalan secara just in time, nyaris tanpa jeda. Media baru berbasis internet juga tidak berbatas ruang dan waktu. Selama sinyal internet bisa diterima di situ arus infomasi mengalir. Meskipun arus informasi berjalan nyaris tanpa jeda, keberadaan media baru juga mengandung kelemahan. Ketiadaan filter penyaring telah menjadikan penyiaran kabar bohong (hoax), infomasi atau berita palsu (fake news), ujaran kebencian (hate speech). Kabar bohong, berita palsu, dan ujaran kebencian bisa menyebar dengan cepat karena adanya clickbait. Clickbait adalah konten yang utamanya adalah untuk menarik perhatian dan mendorong pengunjung supaya mengeklik tautan tertentu pada website tertentu. Logika clickbait adalah memungkinan penyebaran anekaragam berita bohong hanya melalui sekali klik saja.[13]
Perspektif Komunikasi dari Generasi ke Generasi
Model dan pola komunikasi modern telah hadir di Indonesia (ketika masih bernama India Belnada) secara luas pasca diberlakukannya Politik Etis pada awal abad ke 20. Edukasi sebagai salah satu dari trilogi Van Deventer (yang lain adalah emigrasi dan irigasi), telah melahirkan orang-orang bisa baca tulis dalam jumlah besar. Media cetak juga tumbuh pesat, terutma di kalangan kelompok non Barat, yakni golongan Timur Asing (vreemde oosterlingen) utamanya Cina dan kaum Bumiputera (inlander). Keberadaan listrik juga mendorong aplikasi teknologi komunikasi modern lainnya seperti radio, serta telepon dan telegram. Model dan perspektif komunikasi antargenerasi ternyata sangat dipengaruhi oleh perkembangan teknologi komunikasi dan informatika.
Sejarah generasi modern di Indonesia ditandai oleh menguatnya paham kebangsaan melalui Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Kelahiran Sumpah Pemuda menjadi batu penjuru bagi perjalanan dari generasi ke generasi Bangsa Indonesia. Mulai dari 1928 hingga saat ini di Indonesia telah terdapat enam tiopologi generasi.
- Generasi tradisionalis terdiri atas mereka yang lahir antara 1928 – 1945. Para generasi tradisionalis adalah mereka yang lahir di masa penjajahan, saat nasionalisme sedang tumbuh, semangat untuk melawan terhadap penindasan dan ketidakadilan penjajah terus tumbuh. Ideologi-ideologi besar juga terus tumbuh, baik yang berbasis sekuler, maupun keagamaan. Komunikasi berlangsung secara terbatas melalui media cetak (koran,majalah, bioskop juga mulai hadir di kota-kota besar). Siaran radio juga mulai tumbuh. Kendaraan bermotor juga mulai hadir. Transportasi jarak jauh berbasis rel (kereta api), angkutan laut terus berkembang. Di beberapa kota besar mulai beroperasi penerbangan sipil komersial. Gramophone (pemutar piringan hitam) juga menjadi gaya hidup kelas menengah ke atas,
- Generasi baby boomers adalah mereka yang lahir antara 1946 – 1964. Generasi yang lahir pasca Perang Dunia II, terjadi ledakan kelahiran bayi di seluruh dunia, karena dunia berangsur-angsur aman karena perang sudah usai. Sebagai negara yang baru lahir, Indonesia mengalami banyak guncangan politik, sistem politik yang tidak stabil pada masa demokrasi liberal, terjadi dua kali agresi militer Belanda, separatisme dan pemberontakan terjadi. Nasionalisasi perusahaan Belanda, Dekrit Presiden, berlaku Demokrasi Terpimpin dan politik tiga kaki (Nasakom). Trikora dan Dwikora, ekonomi morat-marit karena blokade Barat. Siaran televisi dimulai pada 1962 sebagai pelengkap Asian Games. Telepon otomat analog mengganti sistem engkol manual. Media cetak partisan menegang peran penting. Komunikasi antarwarga melalui kantor pos (surat-menyurat).
- Generasi X, mereka yang lahir antara 1965 – 1976. Pasca peristiwa berdarah 1965. Pemerintah Orde Baru terjadi pembatasan aspirasi politik. Slogan politik no, pembangunan yes menggema. Jumlah angka kelahiran mulai ditekan melalui Keluarga Berencana (KB). Kaset audio menggatikan gramophone, Walkman, Kaset Video sebagai media hiburan audio visual. Telepon koin menjadi sarana komunikasi antarwarga. Komunikasi jarak jauh melalui wartel bagi yang tidak memiliki sambungan telepon di rumah (fixline) Akses penerbitan media cetak dibatasi. Kontrol militer dalam pemberitaan sangat ketat. Industri film mulai berkembang,
- Generasi Y, mereka yang lahir 1977 -1998. Saat rezim otoritarian Orde Baru dalam konsolidasi kekuatan hingga mengalami kemerosotan. Golkar sebagai tulang punggung kekuatan politik dengan format tiga jalur (ABRI, Birokrasi, dan Golkar yang terdiri atas gabungan berbagai ormas). Pers dikendalikan penguasa. Terjadi krisis moneter yang berujung tumbangnya Soeharto cum Orde Baru. Dalam komunikasi antarwarga menggunakan radio panggil (pager). Telepon seluler mulai dipasarkan. Pemakaian komputer pribadi mulai meluas. Komputer jinjing (laptop), komunikasi antarwarga melalui SMS. Sarana hiburan CD, VCD, LD, DYD.Playstation, MP3, Ipod, Internet, Warnet.
- Generasi Z, mereka yang lahir 1999 – 2010 atau generasi millennial. Era Reformasi, keterbukaan, kebebabasan mengemukakan pendapat. PDI Perjuangan sebagai pemenang Pemilu 1999. Era multi media, touchscreen, HDTV, telepon pintar. Media sosial dan media online mulai hadir. BBM, Facebook, Android, game online.
- Generasi Alpha, mereka yang lahir pada 2011 – 2025, ditandai dengan kekuasaan netizen dalam media sosial dan media online. Hoax, fake news, dan hate speech marak. Politik identitas menguat. Indonesia mengallami bonus demografi (jumlah penduduk berusia produktif lebih banyak daripada jumlah penduduk yang tergolong usia tidak produktif). Peran media sosial menguat melalui berbagai platform, Whats App, Instagram, Twitter, You Tube. E-sport. Mesin pencetak 3D, mobil listrik, mobil tanpa sopir dan berbagai inovasi lainnya yang terus berkembang pesat.
Tabel Perjalanan dari Generasi ke Generasi
Periode lahir | Sebutan | Peristiwa penting | Perkembangan Teknologi |
1928 – 1945 | Tradisionalis | Tumbuh nasionalisme pasca Sumpah Pemuda. Semangat untuk merdeka berkembang pesat, Ideologi-ideologi besar sekuler dan keagamaan mulai tumbuh. | Media cetak bukan milik orang Barat (Eropa) terutama Timur Asing (Cina) dan Bumiputera tumbuh pesat. Listrik, bioskop, Radio, Kendaraan bermotor, Jaringan rel KA makin meluas di Jawa dan sebagian Sumatera. Gramophne (pemutar piringan hitam) |
1946 – 1964 | Baby Boomers | Era kemerdekaan PD II usai. Lonjakan kelahiran bayi. Sistem politik tidak stabil. Separatisme dan pemberontakan di berbagai daerah. Nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda. Dekrit Presiden 1959 mengakhiri era Demokrasi Liberal menuju Demokrasi Terpimpin. Trikora dan Dwikora. Ekonomi morat-marit akibat blokade Barat. | Radio transistor, siaran televisi. Telepon otomat. Komunikasi antarwarga melalui surat (kantor pos). Tape reel audio. Surat kabar partisan |
1965 -1976 | Generasi X | Pasca peristiwa berdarah 1965. Rezim Militer otoritarian Orde Baru. Pembatasan aspirasi politik. Politik no, pembangunan yes. Angka kelahiran berhasil ditekan melalui program KB. Kontrol militer dalam pemberitaan. | Kaset audio menggantikan gramophone dan piringan hitam.Industri film nasional tumbuh. Walkman, kaset video. Telepon koin. |
1977 – 1998 | Generasi X | Rezim otoritarian Orde Baru dalam konsolidasi kekuatan hingga mengalami kemerosotan. Golkar sebagai tulang punggung kekuatan politik dengan format tiga jalur (ABRI, Birokrasi, dan Golkar yang terdiri atas gabungan berbagai ormas). Pers dikendalikan melalui SIUPP | Komunikasi antarwarga menggunakan radio panggil (pager). Telepon kartu. Telepon seluler mulai dipasarkan. Pemakaian komputer pribadi mulai meluas. Komputer jinjing (laptop), komunikasi antarwarga melalui SMS. Sarana hiburan CD, VCD, LD, DYD.Playstation, MP3, Ipod, Internet, Warnet. |
1999 -2010 | Generasi Y Generasi Millenial | Era Reformasi, keterbukaan, kebebabasan mengemukakan pendapat. PDI Perjuangan sebagai pemenang Pemilu 1999. | Era multi media, touchscreen, HDTV, telepon pintar. Media sosial dan media online mulai hadir. BBM, Facebook, Android, game online |
2011 -2025 | Generasi Alpha | Kekuasaan netizen dalam media sosial dan media online. Hoax, fake news, dan hate speech marak. Politik identitas menguat. Indonesia mengallami bonus demografi (jumlah penduduk berusia produktif lebih banyak daripada jumlah penduduk yang tergolong usia tidak produktif). | Peran media sosial menguat melalui berbagai platform, Whats App, Instagram, Twitter, You Tube. E-sport. Mesin pencetak 3D, mobil listrik, mobil tanpa sopir dan berbagai inovasi lainnya yang terus berkembang pesat. |
Dibuat oleh Aria Bima, sebagai tugas kuliah pada Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran, 2020
Daftar Pustaka
Cangara, Hafied. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Raja Grafindo Perkasa, 2004.
Gunawan, Budi, dan Ratmono, Mulyo Barito. Kebohongan Di Dunia Maya Memahami Teori Dan
Praktik-praktiknya di Indonesia. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia, 2018
Miller, Katherine. Communication Theories: Perspectives, Processes, and Contexts. New York: Mc
Graw-Hill Asia, 2005.
Mulyana, Deddy, MA, Ph.D, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bamdung : Remaja Rosdakarya,
cet.22, 2019
Schwab, Klaus. Revolusi Industri Keempat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2019.
Wahid, Umaimah, Dr.M.Si. Komunikasi Politik Teori, Konsep, dan Aplikasi pada Era Media
Baru. Bandung : Simbiosa Rekatama Media, cet,2, 2018.
[1] Deddy Mulyana, MA, Ph.D, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bamdung : Remaja Rosdakarya, cet.22, 2019, hal 46.
[2] Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Raja Grafindo Perkasa, 2004, hal.1.
[3] Umaimah Wahid, Dr.M.Si., Komunikasi Politik Teori, Konsep, dan Aplikasi pada Era Media Baru. Bandung : Simbiosa Rekatama Media,cet.2, 2018. hal. 2-3.
[4] Katherine Miller. Communication Theories: Perspectives, Processes, and Contexts. New York: Mc Graw-Hill Asia, 2005, hal. 4.
[5] Ibid.
[6] Ibid.
[7] Wahid, op.cit., hal.3.
[8] Mulyana, op.cit. hal.69-71
[9] Cangara, op.cit. hal. 19.
[10] Ibid.
[11] Mulyana, op.cit. hal 77-78.
[12] Klaus Schwab, Revolusi Industri Keempat. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2019. Hal. 1 -11
[13] Budi Gunawan, Barito Mulyo Ratmono, Kebohongan di Dunia Maya Memahami Teori dan Praktik-Praktinya di Indonesia. Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia, 2018.hal.15.