Nuzulul Quran memiliki makna yakni turunnya kitab suci Al-Quran yang memang terjadi pada bulan Ramadan. Mekanisme Al-Quran yang diturunkan secara bertahap melalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad dipandang memiliki beberapa makna oleh para ahli, mulai dari agar mudah dipahami dan dihafal, hingga agar Nabi Muhammad semakin teguh hatinya dalam menyiarkan agama Islam.
Hal itu disampaikan oleh Pemikir Kebhinekaan Sukidi dalam acara Inspirasi Ramadan bertajuk “Peringatan Turunnya Al-Qur’an” yang ditayangkan oleh akun Youtube BKN PDI Perjuangan pada Kamis (28/3/2024) dipandu oleh host Garda Maharsi.
“Ada seorang otoritas terbesar dalam tradisi Al-Quran bernama Abdullah Ibnu Abbas menerima pertanyaan dari Said bin Zubair. Said menanyakan makna firman tuhan. Said bin Zubair bertanya kepada Abbas apakah makna ayat – ayat ini mengacu pada turunnya Al-Quran secara komprehensif atau merujuk turunnya Al-Quran secara gradual atau bertahap?,” ujar Sukidi.
“Oleh Ibnu Abbas pertanyaan ini dijawab dengan apa yang dijawab sebagai dua mekanisme pewahyuan Quran. Mekanisme pertama itu merujuk pada turunnya Al-Quran dari langit tertinggi sampai langit terendah secara keseluruhan secara all at once, kemudian fase kedua adalah dari malaikat Jibril kepada Muhammad secara gradual atau tahap demi tahap, sedikit demi sedikit,” lanjut Sukidi.
Sukidi menyampaikan, para sahabat nabi menyebut masa pewahyuan turunnya Al-Quran terjadi antara 21, 22, atau 23 tahun. Proses tersebut dipahami sebagai on going process, sehingga Al quran tidak turun dalam satu buku teks yang kemudian tertutup. Pada masa Al-Quran mulai dituliskan dan dicatat, fungsi sebenarnya hanyalah sebagai alat bantu untuk mengingat jika ada bagian yang misalnya lupa. Saat itu, setiap Al-quran dipahami dan dihafalkan.
“Kenapa turunnya wahyu bertahap? Ada yang mengatakan agar Nabi Muhammad hatinya semakin teguh, karena saat itu ia banyak dipersekusi, tekanan dari lingkungan saat itu saat menyiarkan agama Islam. Jadi agar hatinya Nabi Muhammad semakin diteguhkan saat setiap wahyu diturunkan. Yang kedua, kata Ibnu Khaldun kenapa wahyu diturunkan bertahap itu agar memudahkan Al-Quran diingat dan dihafal oleh para sahabat. Saat itu budayanya masih budaya lisan dan tutur, bayangkan kalau Quran turunnya langsung 30 juz, akan kesulitan tentu saja menghafalnya,” tutur Sukidi.
“Kemudian ada argumen lain mengapa wahyu turunnya bertahap, yaitu sebagai jawaban atas pertanyaan atas sanggahan, statement, dari mungkin sahabat nabi mungkin juga dari orang orang yang ragu akan kenabian muhammad atau ragu akan wahyu dari Al-Quran itu sendiri. Sehingga dengan turunnya yag perlahan, maka itu memberikan jawaban atas pertanyaan pertanyaan yang ada,” lanjut Sukidi.
Lebih lanjut, Sukidi menilai perayaan nuzulul quran yang dirayakan secara ramai di masyarakat itu sangat baik. Menurut Sukidi, AL-Quran memiliki fungsi performatif, artinya Al-Quran itu hadir untuk memberikan efek psikologis kepada umat. Jadi, jika umat datang secara kolektif merayakan turunnya al quran itu mengingat firman tuhan akan mampu menguatkan hubungan sosial masyarakat dan menghilangkan prasangka antar masayrakat. Momentum Nuzulul Quran kemudian menjadi untuk merekatkan kembali tali silaturahmi dan juga tali kemanusiaan.
“Jadi jangan saja hanya memikirkan nuzulul quran ini hanya sebatas agama saja, dan Al-Quran saja, tetapi Al-Quran juga bertujuan untuk menjunjung kemanusiaan,” kata Sukidi.