Merespon Pidato Megawati: Kecurangan Pemilu Terlihat Mulai Terjadi Lagi

Sapa Indonesia Malam Kompas TV bersama Liviana Cherlisa dan Dahnil Anzar Simanjuntak. Merespon Pidato Megawati: Kecurangan Pemilu Terlihat Mulai Terjadi Lagi

Kita bicara konteks dan kontennya dulu. Sampai saat ini Bu Mega masih melarang kader PDI Perjuangan mengkritisi kebijakan dan menghujat Presiden Jokowi terkait kinerja pemerintahan di luar penyelenggaraan pemilu. Ini karena mandat pemerintahan yang diberikan rakyat kepada PDI Perjuangan menang pemilu legislatif dan mengusung Pak Jokowi baru berakhir pada 20 Oktober 2024. Jadi, kalau ada yang berniat menurunkan Pak Jokowi, PDI Perjuangan akan berada paling depan untuk menghalanginya.

Terkait sikap Bu Mega yang selalu bersikap tenang, dalam ketenangannya terkandung kematangan strategi. Tidak grusa-grusu melihat situasi Mahkamah Konstitusi dan aparat negara yang akhir-akhir ini nampak ngacau dalam pelaksanaan pemilu. Beliau dengan pengalaman panjang melihat sisi gelap istana sebelum reformasi tetap tenang dan tersenyum. Bu Mega ingin hukum dan konstitusi menjadi sandaran demokrasi.

Pernyataan Bu Mega pada pidato ‘Suara Hati Nurani’ lebih kepada sinyal bahwa ada yang mempermainkan hukum dan tendensius tidak netralnya aparat pada Pemilu 2024. Pidato Bu Mega lebih kepada bagaimana penyelenggara negara bisa kembali ke rel memaknai demokrasi yang kita sepakati membangun peradaban Indonesia ke depan. Bagaimana Pemerintahan Presiden Jokowi yang juga pemerintahan yang diusung PDI Perjuangan tetap menjaga netralitas meski anaknya menjadi calon wakil presiden Prabowo.

Sejak pilkades hingga pemilihan presiden langsung berjalan empat kali, masyarakat sudah tahu bagaimana menjaga kerukunan meski berbeda pilihan. Inilah pembangunan peradaban yang sudah dibangun secara sosiologis dan kultural oleh masyarakat Indonesia dengan mengedepankan persatuan dan kerukunan. Di bawah sudah paham, jadi mengapa hanya persoalan baliho dipasang di jalan, kok ada yang berinisiatif menurunkan, memindahkan, dan merobek. Aparat cukup menjadi wasit yang baik, tak usah ikut-ikut.

Kami akan terus memonitor dan berharap Presiden, TNI, Polri, ASN, sama sikapnya seperti pada Pemilu 2014 dan 2019 lalu, saat netralitas itu bisa dijaga. Apa yang terjadi saat ini bukan hanya menjadi keprihatinan Bu Mega, tapi juga keprihatinan Gus Mus, Goenawan Mohamad, Romo Magnis, dan tokoh-tokoh lain yang tak punya kepentingan elektoral. Mereka hanya menginginkan agar demokrasi berjalan baik dan beradab, namun akhir-akhir ini terlihat melenceng dan memprihatinkan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *