Sudah tiga kali pilpres menunjukkan pasangan cawapres PDI Perjuangan dari kalangan nahdliyin. Dimulai dari Bu Mega dan KH Hasyim Muzadi (2004), Jokowi-Jusuf Kalla (2014) dan 2019 kemarin Jokowi-KH Maruf Amin.
Ini bukan hanya sekadar fungsi elektoral, tapi juga satu tarikan nafas, bahwa warga nahdliyin dan wong cilik PDI Perjuangan basis sosialnya sama. Di sisi lain, harus diakui tak mungkin tanpa nahdliyin, Indonesia bisa tetap tegak berdiri dengan Pancasila, NKRI, Bhineka Tunggal Ika dan pluralisme.
Mau tidak mau, untuk tokoh-tokoh orang pilihan ke depan, kalapun bukan dari nahdliyin sendiri, unsur kedekatan dengan nahdliyin harus dipertimbangkan. Faktor ini harus dipertimbangkan betul sebagai basis penjaga tetap tegaknya NKRI dengan fondasi Pancasila ke depan.
Selengkapnya di