Political Show CNN Indonesia TV bersama Rivana Pratiwi, Andre Rosiade, Ahmad Doli Kurnia dan Peneliti Indostrategis Ahmad Khoirul Umam: Golkar Pilih Prabowo atau Ganjar? PDI Perjungan dan Partai Golkar Teman Bermain dalam Demokrasi
Kita harus melihat hubungan PDI Perjuangan dan Partai Golkar dalam sebuah pemikiran yang besar, di mana kedua partai ini pernah mengalami dinamika turbulensi politik nasional dan memberikan kontribusi besar dalam perkembangan demokrasi Indonesia. Saat ini kita masuk ke situasi politik 2024, dibutuhkan dua kapal besar ini, sebagai dua partai nasionalis yang harus menahkodai bangsa dari berbagai persoalan besar.
Pertemuan antara Mbak Puan dan Airlangga terjadi karena melihat kok tiba-tiba menyeruak ada turbulensi di Partai Golkar, sehingga perlu ada komunikasi dan kerja sama sehingga kedua kapal ini tetap bisa kerja sama untuk membangun situasi kondusif menyikapi permasalahan bangsa.
Ibarat bermain bulutangkis, kita tak mungkin bermain sendirian. Selama ini, Partai Golkar adalah teman bermain bagi PDI Perjuangan dalam berdemokrasi. Tidak ada yang menang, tidak ada yang kalah. Secara pragmatis praktis, situasi itu tak bisa tidak dikaitkan keinginan PDI Perjuangan untuk bekerjasama dengan partai manapun.
Substansi demokrasi adalah mewujudkan kesejahteraan rakyat. Hal ini logis dan wajar. Keduanya melihat pertemuan itu merupakan kerangka mengerucutkan sesuatu yang substansial dulu. Soal ke Prabowo atau tidak, sebelum janur melengkung di bulan Oktober nanti, semua masih dinamis.
Kita hormati dan hargai dinamika internal Partai Golkar tapi bagaimana dua nahkoda antara PDI Perjuangan dan Golkar Indonesia bisa seiring untuk mewujudkan perjuangan demokrasi di Indonesia. Untuk mengawal kehendak rakyat tadi, maka hubungan kedua partai ini kalau sudah sampai pada kalkulasi politik, akan membuat Republik Indonesia ini akan lebih tenang.
Bu Mega selalu menyebut bukan koalisi, yang kerap diasosiasikan pada politik dagang sapi, tapi mengarahkan pada penguatan aspek presidendial atau kerja sama politik. Soal kalkulasi-kalkulasi politik nanti dibicarakan dalam konsepsi internal, tapi yang lebih penting bagaimana pasangan capres-cawapres bisa menyelesaikan persoalan bangsa ini, bukan pada persoalan kepentingan besan atau “mak comblang”-nya.
PDI Perjuangan terus berusaha menjadi partai modern dengan tidak kehilangan roh ideologis kerakyataannya. Dalam membangun sistem organisasi moden ini salah satunya bagaimana mempersiapkan sistem meritokrasi melalui sekolah-sekolah partai termasuk sekolah kepala daerah untuk mempersiapkan calon pemimpin bangsa.
Tidak bisa tokoh-tokoh parpol dalam melakukan manuver politik atau proses negosiasi harus tetap mengedukasi publik dengan tujuan membangun inspirasi dan membangun menggerakkan inspirasi masyaraiat untuk memilih. Dalam hal ini, jangan sampai terlihat ada framing seolah-olah positioning Pak Jokowi ikut urusan internal Partai Golkar, Gerindra, dan lain-lain, seolah-olah ada intervensi Pak Jokowi isebagai presiden. Pak Jokowi sudah menegaskan, dinamika politik itu semua ada urusan internal partai politik, termasuk Partai Golkar.
Termasuk dinamika terkait Gibran dan hubungannya dengan uji materi di Mahkamah Konstitusi. Dalam pembelakan partai di Lenteng Agung, Gibran sudah membantah akan ikut mencalonkan sebagai cawapres. Kami tegaskan, kami ini taat konstitusi. Jadi jangan sampai ada framing seolah-olah Pak Jokowi menggunakan instrumen kekuasaannya untuk menyiapkan Gibran. Tidak, Presiden Joko Widodo tidak ikut dalam urusan itu.