Program Inspirasi Buka Badan Kebudayaan Nasional PDI Perjuangan Episode 27: Berburu Malam Seribu Bulan | KH. Muhammad Syauqi Zainuddin MZ.
Dalam ajaran Islam, ibadah tidak melulu di atas sajadah, ibadah bisa saja dilakukan ketika bekerja, utamanya adalah memahami kaidah-kaidah dalam beribadah. Membaca wirid dan selawat saat bulan Ramadan juga menjadi ibadah kecil yang dianjurkan.
Hal tersebut disampaikan oleh KH. Muhammad Syauqi Zainuddin MZ dalam program Lenong Menunggu Berbuka Puasa, Inspirasi Ramadan 2023 BKN PDI Perjuangan di akun Youtube BKN PDI Perjuangan, Selasa (18/04/2023) saat menyambut momen Lailatul Qadar.
“Jadi, yang perlu kita pahami dalam Islam itu, ibadah tidak harus di atas sajadah. Jadi apapun yang kita lakukan, jadi abang-abang gambang sembari gebuk baca istighfar, baca selawat. Paling tidak zikir dulu di hati kita. Zikir ada Bil Qalbi dan Bil Lisan, banyak dari kita hanya zikir Bil Lisan saja, karena kita tidak merasa ada Allah di diri kita, Lailatul Qadar itu adalah merasakan esensi daripada ibadah itu,” jelasnya.
Syauqi menerangkan, saat ini banyak orang beribadah tetapi tidak memahami secara benar kaidah-kaidah beribadah. Banyak orang beribadah tetapi tidak tahu makna dan yang utama daripada beribadah khususnya dalam waktu momen bulan suci Ramadan.
“Sekarang banyak ibadah model runtuhin, kali-kali aja dapat, tapi tanpa tahu kaidahnya. Karena dalam ibadah itu ada kaidah. Kalau kita tidak jaga awal ibadah kita, apa iya kita akan dapat. Sedangkan kita tidak jaga bakti kepada orang tua, sedekah, puasa, shalat, baca Al-Qur’an selama tiga puluh hari. Artinya hidup ini sebuah perjalanan panjang, pertanyaannya bekal apa yang sudah kita persiapkan,” kata Syauqi.
Pada momen khususnya di 10 hari terakhir bulan suci Ramadan, lanjut Syauqi, umat Islam diharapkan betul-betul memanfaatkannya untuk beribadah dan beramal sebanyak mungkin. Sebab, terdapat malam Lailatul Qadar. Ia merupakan malam penuh berkah dan kemuliaan.
“Mungkin kita masih ada sedikit Ramadan ini, ayo kita persiapkan diri kita. Untuk beramal sebanyak-banyaknya. Lewat apa, ya mudah-mudahan kita semua dapat malam Lailatul Qadar,” papar Putra Alm. KH. Zainuddin MZ itu.
“Lailatul Qadar itu satu malam yang penuh keberkahan, dimana di dalamnya awal pertama kali turunnya Al-Qur’an,” imbuhnya.
Syauqi menyatakan, ibadah khususnya di bulan Ramadan jangan “musiman” dan mengincar satu momen ibadah saja seperti Lailatul Qadar, karena ibadah itu terdapat kaidah-kaidah lain yang harus dijalankan untuk menguji ketakwaan seorang Muslim. Syauqi menyebut, jika rangkaian ibadah lainnya saja tidak dijalankan, maka tentu tidak akan mendapatkan malam Lailatul Qadar.
“Kalau dibilang tanggalnya, memang ada beberapa Ulama yang bisa menebak, kalau umpama Ramadan hari Senin, Lailatul Qadarnya itu tanggal sekian. Sekali lagi itu ngincer namanya. Ibadah kita kan bukan ibadah incer-incer. Bahwa dalam Ramadan ini ada 10, 20, 30. Per sepuluh kalau kita tidak jaga saat masa awal, apa iya kita mendapatkan masa akhir (Lailatul Qadar),” ujarnya.
“Konteks takwa di sini, merasakan Allah SWT dalam setiap langkah hidup kita. Orang tua saya pernah ngajarin Islam itu ada tiga. Ada Islam beneran, Islam musiman, dan Islam musingin. Islam beneran ibadah 30 hari secara utuh, Islam musiman ya lihat saja musimnya, yang repot Islam musingin mentalnya seperti taoge, tumbuh dimana mau ikut campur urusan,” pungkas Syauqi.
Lihat selengkapnya di