Program Inspirasi Buka BKN PDI Perjuangan Episode 5: Akhlakul Karimah, Masih Adakah?| Gus Fuad Plered.
Sebagai sebuah bangsa, sudah semestinya masyarakat mempunyai sifat yang akhlakkul karimah. Akhlak adalah perilaku dan karimah artinya mulia. Beberapa sifat yang bertentangan dengan nilai-nilai akhlakul karimah antara lain nyinyir, ghibah dan fitnah. Untuk menghindari hal tersebut kita harus fokus untuk meningkatkan kemuliaan masing-masing diri, karena sejak zaman Nabi Adam, manusia diperintahkan Tuhan untuk berperilaku yang akhlakul karimah.
Pesan itu disampaikan oleh pengasuh Pondok Pesantren Roudlotul Fatihah, Pleret Bantul dalam serial ‘Lenong Menunggu Buka Puasa 2023’ yang ditayangkan akun Youtube BKN PDI Perjuangan menjelang berbuka puasa, Senin, 27 Maret 2023.
Gus Fuad Plered mengingatkan anak-anak muda bahwa bersikap kritis itu bagus. “Tapi kalau kritis itu tidak didasari dengan fakta yang sudah diverifikasi akan menimbulkan fitnah. Dan fitnah ini sangat berbahaya,” kata pria bernama lengkap KH. Muhammad Fuad Riyadi ini.
Gus Fuad menjelaskan, apabila kita terlalu banyak ‘nyinyir’, tanpa kita sadari akan menimbulkan kebencian. “Menurut pandang agamaan, apabila kita membenci seseorang lalu meninggal, maka meninggalnya itu tidak membawa iman,” kata pria kelahiran 8 Oktober 1970 itu.
Diingatkannya, nyinyir bukan termasuk perilaku akhlakul karimah, apalagi yang dibarengi dengan kebencian efek dari media sosial. Gus Plered menegaskan, orang yang nyinyir sebenarnya hanya melampiaskan kekecewaannya, karena apa yang diinginkan belum berhasil dan orang lain hanya dijadikan sebagai sasaran pelampiasan.
“Bangsa Indonesia ini bangsa yang religius, semua agama tidak mengajarkan untuk ‘nyinyir’ karena merugikan orang,” tegas kiai yang juga dikenal sebagai penyair dan pelukis itu.
Gus Fuad menggarisbawahi bahwa sikap nyinyir akan merugikan orang itu sendiri. Sementara bagi yang dinyinyirin justru tidak jadi masalah. “Sebagian pahala orang nyinyir akan terkirim kepada orang yang dinyinyirin. Sebaliknya, sebagian dosa orang yang dinyinyirin akan dikirimkan Tuhan ke catatan kita,” urainya.
Karena itu, Gus Fuad berpesan untuk saling mengedukasi dan mengingatkan agar kita lebih fokus untuk memperjuangkan apa yang dicita-citakan, untuk kesejahteran dan kebahagian. “Fokuslah untuk memperjuangkan cita-cita kita. Jangan buang banyak energi untuk hal-hal yang bukan menjadi kewajiban utama kita,” ujarnya.
Putra kedua H. Ahmad Abdul Bakdi, seorang keturunan Kiai Abdurrouf Wonokromo yang merupakan trah Sunan Ampel dari garis putranya Sunan Bonang, ini menambahkan, orang nyinyir itu tidak ada yang bahagia, justru malah jauh dari kenyamanan. “Persoalan-persoalan seperti ini bukan hanya terjadi di negara kita, tetapi juga terjadi di negara lain yang mempunyai literasi yang lebih maju juga terjadi hal yang sama,” terangnya Gus Plered.
Gus Plered menambahkan, segala persoalan-persoalan yang terjadi di masyarakat merupakan bagian dari tanda “kekagetan sosial” dengan adanya media sosial tetapi kita harus optimistis agar kita dapat melewatinya.
Selengkapnya di