Program Inspirasi Buka BKN PDI Perjuangan Episode 3: Meneladani Rumah Tangga Nabi Muhammad SAW | Habib Syafiq bin Ali Ridho BSA.
Dalam kehidupan berumah tangga tentu kita menginginkan rumah tangga yang penuh cinta dan kasih sayang seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Wujud keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah (samawa), artinya rumah tangga yang tenang, penuh, kasih dan rahmat, tidak lepas dari peran seorang istri yang tidak hanya cantik, ataupun rajin beribadah. Nabi Muhammad mengajarkan kepada kita bahwa seorang istri, haruslah saling menghargai, memaklumi, dan taat pada suami.
Pesan itu disampaikan penasihat Hadramaut Center Indonesia Habib Syafiq bin Ali Ridho BSA, yang menjadi narasumber dalam serial ‘Lenong Menunggu Buka Puasa 2023’ ditayangkan oleh akun Youtube BKN PDI Perjuangan menjelang berbuka puasa, Jumat, 25 Maret 2023.
“Ingin rumah tangga yang romantis harus bisa memaklumi, mendukung dan patuh kepada suami. Kan enak jadi istri soleha. Nabi bilang, istri yang soleha itu bukan yang cantik, bukan yang rajin ibadah terus, bukan. Istri soleha itu adalah isteri yang kalau dilihat suami, maka suaminya itu jadi senang dan bahagia. Yang kaya gini baru jadi istri soleha,” kata Habib Syafiq.
Habib Syafiq juga menjelaskan untuk membangun keluarga yang harmonis kita harus mencontoh Nabi Muhammad. Bagaimana sih kehidupan rumah tangga Rasulullah? Nabi Muhammad SAW mengajarkan kita agar suami istri harus saling menghargai dan memaklumi. Oleh sebab itu, perlu adanya saling menghargai antara suami dan istri, dan kemudian menyelesaikan persoalan rumah tangga secara bersama tanpa harus membicarakannya kepada orang lain.
“Kalau punya masalah itu diselesaikan berdua. Jangan sampai kalau ada masalah, berceritanya pada orang-orang. Coba duduk bareng tanya sebabnya, cari titik temunya, insya Allah dapat keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah,” urai Habib Syafiq.
Habib Syafiq menuturkan, isteri Nabi Muhammad SAW pun layaknya manusia biasa. Pasti pernah ngambek dan cemburu. “Itu hal yang wajar. Asal jangan berlebihan. Tetap husnudzon atau berprangsaka baik pada suami,” katanya.
Ia pun menegaskan bahwa Nabi selalu bersikap romantis pada isterinya. “Perhatian beliau pada isteri-isterinya bukan main. Sangat luar biasa. Romantis bukan berarti memberikan bunga, mengucapkan I love you atau saranghaeyo tiap hari. Romantisme rumah tangga itu bisa dijalin kalau saling mengasihi, menyayangi, dan memaklumi satu sama lain,” jelasnya.
Perbincangan Habib Syafiq dengan Kepala BKN PDI Perjuangan DKI Jakarta Shalimar Anwar Sani juga membahas terkait poligami. Habib Syafiq menjelaskan, soal poligami harus dilihat sesuai konteksnya. Pada zaman Nabi Musa, laki-laki diwajibkan berpoligami. Hal itu karena jumlah pria kalah jauh dibandingkan jumlah perempuan, mengingat pembunuhan pada bayi laki-laki yang pernah dilakukan Firaun. Sebaliknya, di ajaran Nabi Isa melarang poligami.
“Ajaran Nabi Muhammad SAW bisa dikatakan ada di tengah di antara ajaran para pendahulunya. Terkait poligami, Nabi Muhammad SAW diperintahkan Allah membawa syariat yang terbaik, dengan cara yang sangat adil dan luar biasa,” terangnya.
Ajaran Nabi Muhammad menyatakan sesungguhnya seorang laki-laki boleh menikahi lebih dari satu isteri asalkan mampu bersikap adil. “Kalau kalian tidak mampu berlaku adil maka cukup satu saja. Karena kalau lebih dari satu isteri tapi tidak mampu berbuat adil, jadi dosa,” demikian Habib Syafiq menggarisbawahi ajaran Nabi Muhammad SAW.
Selengkapnya di