Bertakwa secara duniawi wujudnya antara lain menjaga persatuan, menjaga nilai persaudaraan, patuh pada pemimpin, dan menghargai hasil karya anak bangsa.
Pernyataan itu disampaikan pengasuh Pondok Pesantren Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muayyad Windan, Makamhaji Sukoharjo, KH Muhammad Dian Nafi’ sebagai salah satu narasumber dalam sosialisasi empat pilar kebangsaan oleh Aria Bima, anggota DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan Daerah Pemilihan Jawa Tengah V.
“Atas titah Allah kita diciptakan sebagai orang Indonesia. Kita syukuri takdir itu. Karena itu mari kita hadirkan Islam yang berkeadilan, Islam yang menjunjung tinggi persatuan, damai, berperikemanusiaan, dan berpermufatakan,” tegas pemuka agama yang juga dikenal sebagai tokoh penyelesai konflik itu.
Pada kesempatan ini, Aria Bima yang hadir secara virtual berharap agar Solo makin mendunia dan menjadi model kehidupan masyakarat pluralis.
“Kita inginkan Solo menjadi tempat percontohan Islam yang teduh. Dari Solo kita tunjukkan keteladanan Indonesia, menunjukkan Islam yang dirasuki oleh nilai-nilai Pancasila,” kata Aria Bima di hadapan 50 takmir masjid peserta diskusi.
Sosialisasi empat pilar kebangsaan ini khusus digelar bagi takmir masjid karena keberadaan takmir sebagai pelayaan jamaah dianggap memiliki peranan penting dalam kegiatan keumatan, termasuk menyuburkan kegotongroyongan dan kerukunan di antara umat beragama.
“Sebagai pelayan jamaah, fungsi takmir amat menentukan untuk mengokohkan NKRI. Kami juga menggelar acara serupa untuk pemuka agama lain, termasuk majelis gereja, juga penganut adat dan kepercayaan,” ungkap Aria Bima.
Aria Bima berharap, Bhinneka Tunggal Ika tak hanya menjadi slogan di kalangan elit. Kebhinnekaan dan ketunggalikaan Indonesia harus kita kembalikan sebagai anugerah bangsa ini. Kesepakatan kita tentang Pancasila harus jadi narasi publik.“
Kita jadikan Solo sebagai model dari keberagaman, demi usia Indonesia yang lebih panjang sebagai negara kesatuan. Cara memecah belah Indonesia yang paling mudah yakni lewat agama. Tapi, saya yakin itu tidak akan terjadi, karena mayoritas penganut Islam di Indonesia adalah pemeluk Islam yang rahmatan lil alamin,” paparnya.
Aria Bima mengungkapkan, ada dua alasan yang membuat pihak lain selalu ingin membuat Indonesia tidak akur.
“Pertama, karena Indonesia adalah negara yang sangat kaya. Kedua, karena mayoritas penduduk Indonesia adalah pemeluk Islam. Indonesia akan sangat ditakuti kalau jadi negara besar,” tegasnya.
Sosialisasi Empat Pilar ini juga menghadirkan Mabda Dzikara, alumnus Universitas Al Azhar Kairo, Mesir, yang menekankan betapa Pancasila bukan hanya sejalan dengan nilai-nilai Islam, tapi juga menjadi intisari dari ajaran Islam itu sendiri.
“Ketuhanan dikenal Islam dengan konsep Tauhid, sementara nilai kemanusiaan dikenal sebagai Al-Insaniyyah. Nilai kemanusiaan ini menjadi dasar Nabi Muhammad membangun peradaban kota Madinah. Sebagaimana sabdanya sesaat tiba di Madinah;أَنَّ النَّبِيَّ ﷺ قالَ: أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشوا السَّلامَ، وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ، وَصَلُّوا باللَّيْل وَالنَّاسُ نِيامٌ، تَدخُلُوا الجَنَّةَ بِسَلامٍ.
Artinya: Nabi Muhammad. Saw bersabda, Wahai sekalian manusia! Sebarkanlah kedamaian, pedulilah sekelilingmu, serta sambungkanlah silaturahmi dan solatlah sehingga kalian masuk ke surga-Nya.
Tiga pesan pertama Nabi Muhammad Saw dalam membangun bangsa adalah hal-hal kemanusiaan sebelum ajakan sholat,” urainya.