Untuk kali ketiga, Badan Kebudayaan Nasional (BKN) PDI Perjuangan kembali menggelar Festival Desa memperebutkan ‘Piala Megawati Kawal Pancasila Dari Desa’. Berbeda dengan penyelenggaraan dua festival sebelumnya, Festival Desa 2023 dikemas dalam bentuk lomba film pendek dengan tiga pilihan topik budaya pedesaan: mitos desa, petuah desa, dan humor desa. Hadiah total yang disediakan tidak main-main, sebesar Rp 450 juta!
“Festival Desa merupakan program tahunan andalan BKN PDI Perjuangan. Tiap tahun, kami ingin menampilkan tokoh-tokoh inspiratif dari desa, sehingga dengan apresiasi yang diberikan bisa lahir karya-karya lain yang lebih menginspirasi, dari desa kecil ke ranah lebih luas,” kata Ketua Panitia Festival Desa 2023 Patricia Arstuti Pramesti Putri.
Asti, sapaan akrabnya, menjelaskan, kalau di dua lomba sebelumnya peserta mengumpulkan karya film dokumenter, festival kali ini mengubah sisi sinematografi menjadi ajang lomba film pendek. Syaratnya, karya sendiri atau kelompok, film harus orisinil dan belum pernah dipublikasikan, berdurasi 5-15 menit dengan memilih satu dari tiga kategori tema yang ditentukan. Tiga pelaku industri film menjadi juri Festival Desa 2023 yakni Rano Karno, Aria Kusumadewa, dan Esa Septian Pramuda Sigit.
“Pendaftaran karya dibuka pada 26 Agustus, ditutup pada 28 Oktober 2023 dan pemenang diumumkan tepat pada Hari Pahlawan 10 November 2023. Tunggu apalagi teman-teman sineas muda tanah air, ciptakan karya terbaikmu dan kirim ke https://bknpdiperjuangan.id/festival-desa-2023,” ungkap Asti.
BKN PDI Perjuangan yakin antusiasme peserta Festival Desa terus meningkat. “Kalau pada Festival Desa I 2021 diikuti 300 karya, Festival Desa II 2022 menerima 400-an peserta, kami yakin untuk Festival Desa III 2023 akan lebih banyak lagi karya sinematografi yang masuk,” kata Rano Karno.
Anggota DPR RI Komisi X itu memaparkan, Indonesia punya lebih dari 16 ribu pulau, dengan masing-masing daerah begitu kaya budaya. Dengan berlimpahnya kisah mitos, horor, folklore, humor, maupun petuah-petuah tradisional, ia yakin festival film pendek ini akan banjir karya berkualitas.
“Tiap-tiap daerah punya konten lokal dengan kekuatan masing-masing, tinggal bagaimana pendekatannya. Lihat saja film ‘KKN Desa Penari’, bisa tembus 11 juta penonton. Itu bukti budaya kita bisa dikemas secara menarik dan diminati begitu banyak orang,” kata kreator ‘Si Doel Anak Betawi’ versi terbaru yang juga Sekretaris BKN PDI Perjuangan ini.
Rano menekankan, film pendek harus kuat secara konsep. Hampir semua filmmaker internasional, sebutlah Steven Spielberg sampai George Lucas mengawali karirnya dari menyutradarai film pendek. Senada dengan itu, aktor dan produser muda Esa Sigit menggarisbawahi, peralatan canggih bukan kunci utama lahirnya karya film keren. “Ada poin lain terkait penceritaan. Mungkin secara teknis belum baik, tapi bisa jadi secara ide cerita sangat mahal,” kata pemeran Habibie muda dalam film ‘Habibie & Ainun’ itu.
Esa yakin, setiap daerah di Indonesia dengan keunikannya bisa menghasilkan film-film pendek yang tak akan dilupakan publik. “Setelah menemuakan ide yang kuat, tinggal masuk dalam empat tahapan pembuatan film, yakni development ide menjadi skenario hingga final draft, pre-production, production, dan post production,” urainya.
Goes Digital, BKN PDI Perjuangan Rangkul Milenial dan GenZ
Pada peluncuran Festival Desa III 2023 hadir pula Kepala BKN PDI Perjuangan Aria Bima, Wakil Kepala BKN PDI Perjuangan Aris Setiawan Yodi dan Direktur Komunikasi Indonesia Indicator Rustika Herlambang.
Aria Bima menegaskan terobosan ‘BKN Goes Digital’ guna merangkul anak muda yang sejak lahir sudah bersentuhan dengan teknologi digital dan kemudian hidup di era media sosial. “Untuk itulah, BKN masuk ke semua platform medsos,” ujar Wakil Ketua Komisi VI DPR RI ini.
Aria Bima menjelaskan, politik itu tidak hanya memikirkan kekuasaan dan ekonomi, tapi juga hal-hal humanis seperti menanam pohon, pelestarian tari, wastra atau kain, bahasa serta berbagai warisan budaya benda maupun tak benda lainnya. “Lihat saja Bung Karno, beliau memprakarsai buku ‘Mustikarasa’ yang mendokumentasikan resep masakan nusantara, menunjukkan betapa kuliner pun menjadi pemersatu bangsa,” urai anggota legislatif daerah pemilihan Jawa Tengah V ini.
Terkait visi BKN, Aris Yodi mengutip pernyataan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri bahwa melestarikan budaya adalah melestasikan peradaban. “Kami bersyukur, langkah PDI Perjuangan sebagai partai pertama yang membentuk badan khusus untuk budaya, sesuai mandat konstitusi pasal 32 UUD 1945, kini banyak diikuti partai-partai politik lain,” kata Aris.
Aris mengungkapkan, berdiri dan berkembangnya BKN PDI Perjuangan relevan dengan perkataan Bung Karno. Bahwa sebuah negara merdeka harus menjalankan konsep Trisakti yakni berdaulat dalam politik, berdikari dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam berkebudayaan. “Tidak ada negara maju di dunia ini yang tidak kuat budayanya. Lihat saja Korea Selatan yang bisa mempromosikan Korsel identitas budayanya dengan begitu massif,” kata Aris.
Pada kesempatan yang sama, Rustika Herlambang menerangkan pergeseran fenomena perkembangan media sosial, kalau dulu anak muda mendapatkan informasi dari media online arus utama, kini berubah menjadikan medsos sebagai rujukan utama arus informasi. “Di sinilah parpol seharusnya masuk dengan gaya informasi lebih bebas, casual, dan cair, agar lebih mengena ke milenial dan Gen Z,” jelasnya.
Riset Indonesia Indicator menunjukkan, saat ini engagement tertinggi medsos pada anak muda ada di Tiktok, dengan jumlah akun pengguna mencapai 109 juta. Namun, kalau bicara postingan terbanyak tetap ada di twitter, didominasi pembicaraan bertopik politik. “Kalau parpol mau masuk ke anak muda sebaiknya fokus ke Instagram dan Tiktok. IG mengedepankan tokoh terkenal yang menjadi influencer dan pemberi pesan visual, sementara Tiktok disukai karena menghibur dan menawarkan mimpi bahwa siapapun bisa jadi viral meski bukan orang tenar,” paparnya.
Berdasar riset sejak 1 Januari hingga 17 Agustus 2023, tema seni budaya, lanjut Rustika, saat ini menjadi topik keempat yang disukai anak muda, setelah isu terkait hunian, hukum dan kriminalitas serta olahraga. “Demi menggaet pemilih muda, partai politik harus menggunakan format yang lebih menghibur, dikemas secara ringan dan menarik, sehingga jadi antitesis dari pandangan anak muda yang selama ini melihat politik sebagai hal yang ‘kotor’,” pungkas Rustika.