Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima menyoroti ketersediaan gas sebagai bahan bakar utama mesin produksi pupuk yang digunakan oleh mesin pembuat pupuk di PT Pupuk Iskandar Muda (PIM).
Dalam upaya meningkatkan pengembangan pabrik pupuk di Aceh, harus dicarikan solusi bersama agar produksi pupuk dapat meningkat dan memenuhi kebutuhan pupuk nasional.
Dalam kunjungan kerja di Banda Aceh, Aria Bima menekankan bahwa saat ketersediaan mengenai gas yang sampai hari ini belum terselesaikan, dipertanyakan formulasi seperti apa supaya PIM ini bisa berjalan normal kembali, karena di PIM ini sebenarnya mesinnya itu mesin yang lebih modern daripada pabrik pupuk yang lain. Hanya memang ketersediaan gas ini menjadi problem dari dulu sampai sekarang.
“Apalagi harga gas yang sudah mencapai 50 dolar, sedangkan pemerintah mematok harga 6 dolar. Saya kira itu menjadi sesuatu yang yang harus diselesaikan secara bersama-sama,” kata Aria Bima di Banda Aceh.
Dalam pertemuan Tim Kunjungan Kerja Reses Komisi VI DPR RI dengan mitra kerja terkait, Aria Bima menilai hal ini bukan tidak mendasar, mengingat saat ini kemampuan pabrik pupuk nasional, hanya mencukup 14 juta ton dari kebutuhan nasional 23 juta ton.
Sementara subsidi pupuk Indonesia sebesar 9 juta ton, sehingga diharapkan dengan adanya penambahan produksi pupuk dari PT Pupuk Iskandar Muda (PIM), Aria Bima yakin target kebutuhan nasional terhadap pupuk, baik subsidi maupun non subsidi, semuanya terpenuhi dan tercukupi.
Dengan kebutuhan pangan nasional ini, maka menurut politisi PDI Perjuangan tersebut, saat inilah letak keniscayaan agar ketersediaan pupuk nasional harus menjadi perhatian secara khusus.
“Terutama bagaimana memaksimalkan pabrik-pabrik pupuk yang ada saat ini yang memang dalam kendala, baik itu di teknologi produksinya yang sudah banyak yang usang, dan kemudian untuk kesediaan bahan bakunya, yaitu gas,” tegasnya.
\