Menjadi narasumber di kanal Indonesia Lawyer Club terbaru, bertopik Harga-Harga naik Tapi Publik Puas Terhadap Jokowi’
Kita hargai lembaga survei yang melakukan berbagai penelitian dan kajian. Sejak maraknya survei politik pada 2009 dan seterusnya, awalnya hasil penelitian lembaga-lembaga survei ini cukup mengherankan.
Tapi setelah berkali-kali lembaga survei melakukan kajian dan penelitian, dengan standar deviasi sudah ditentukan margin error 2-5 persen, kemudian ada faktor tingkat popularitas, kesukaan serta ketidaksukaan pada calon, tingkat elektoral, populisnya kandidat dan lain-lain, ada kecenderungan lembaga-lembaga survei ini memiliki tingkat kebenaran tinggi. Walaupun posisinya tetap hanya sebagai pembanding dari kerja-kerja politik pemenangan pileg dan pilpres.
Di era disrupsi teknologi ini, kecepatan seseorang berubah persepsi sangat cepat, karena dipengaruhi bagaimana individu menangkap informasi terutama konten media sosial yang bisa mempengaruhi wacana dan berujung pada persepsi publik.
Kalau saat ini ada tiga lembagai survei menunjukkan kepuasan publik sangat tinggi pada Presiden Jokowi, harus dicermati bahwa masyarakat sudah lebih rasional dan tak bisa diarahkan. Terbukti memang langkah pemerintahan Presiden Jokowi dalam menangani pandemi tidak bisa dikatakan buruk, bila dibandingkan negara-negara lain di dunia.
Survei Indikator Politik, SMRC, dan Litbang Kompas menunjukkan bahwa kepuasan publik terhadap Pemerintahan Jokowi sangat tinggi di atas 70 persen. Bahwa 30 persen menyatakan tidak puas, tentu kritik itu harus didengar pemerintahan.
Terkait kenaikan harga bahan, kita harus ingat bahwa saat ini kita berada dalam situasi tidak menentu. Pandemi pasti berpengaruh pada kendala proses pengiriman logistik, perubahan pola konsumsi dan lain-lain. Namun, publik juga harus tetap melihat secara lebih adil bagaimana pemerintahan Presiden Jokowi saat ini dengan segala kehendak subyektifnya terus berpikir serta bekerja keras untuk kepentingan rakyat, bangsa, dan negara.
Selengkapnya di