Memaknai dan Membaca Peringatan ke-76 Kemerdekaan dalam Suasana Pandemi

Bersama GMNI Komisariat Fakultas Hukum UGM

Umur 76 tahun ini membuat Indonesia tidak hanya menjadi bangsa yang maju, tapi juga dewasa dalam menyeelsaikan berbagai persoalan zaman.

Kalau dibandingkan dengan bangsa lain, umur Republik Indonesia yang kita rayakan 76 tahun adalah waktu yang relatif. Jika dibandingkan dengan bangsa-bangsa lain di Asia atau Afrika, tentu kita juga relatif setara. Meski, beberapa bangsa di benua lain ada yang sudah mencapai ratusan tahun. Tapi jika bangsa Indonesia dipandang sebagai suatu peradaban, kita sangat kaya dan jejaknya sudah ada sejak ratusan tahun silam.

Pokok terpenting dari peringatan bertambah usianya negara kita adalah: apakah kita masih berada pada jalan yang sama dengan yang dicita-citakan oleh para pendiri dan perintis berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia ini?

Dulu, para pendiri bangsa ingin merdeka supaya dapat membebaskan rakyat dari kebodohan, kemiskinan, penindasan dan keterjahan. Maka para pendiri dan perumus bangsa ini menyatakan: kita menjadi bangsa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan Makmur. Di situ pula letak tujuan yang dinyatakan dalam Pembukaan UUD 1945 terarah. Bahwa setelah kita merdeka, kita ingin menjadi bangsa yang bersatu.

Dengan bersatu, kita menjadi bangsa yang berdaulat, setara dengan bangsa-bangsa lain, dan setelahnya kita dapat memakmurkan seluruh rakyat Indonesia. Kemerdekaan kita sebut sebagai pintu gerbang, bukan tujuan akhir. Kemerdekaan adalah awal dari bangsa ini untuk menggapai cita-citanya.

Dua kali sudah kita merayakan kemerdekaan RI dalam suasana pandemi. Pandemi membuat kita seperti terbelenggu, serta membuat sumber daya pikiran kita menuju adil, makmur, dan sejahtera harus dibelokkan untuk mengatasi pandemi, baik secara kesehatan maupun ekonomi.

Indonesia adalah bangsa yang tangguh. Di tengah-tengah pandemi, kita tetap bertumbuh. Maka, semboyannya pun, ‘Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh’. Kita benar-benar bangsa yang tangguh dan bertumbuh. Ya bertumbuh ekonominya, bertumbuh solidaritas antar warganya, dan bertumbuh semangat dalam menghadapi pandemi.

Pandemi memerlukan daya tahan atau imunitas ekstra, dan hanya dengan rasa OPTIMISTIS kita bisa bergerak maju. Indonesia sebagai suatu bangsa terbukti memiliki modal sosial (gotong royong), budaya (kearifan lokal), dan moral (empati) untuk bertahan serta keluar sebagai pemenang pada saat dilanda krisis.

Indonesia dihantam krisisi pada tahun 1965, 1974, 1998, 2008. Kita mampu bertahan dan bangkit dengan kekuatan berlipat. Mampu bertumbuh menjadi lebih baik tiap kali dihantam krisis.

Video selengkapnya di

https://youtu.be/vxWnJ1w6tiQ

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *