Rangkaian Talk Show “Pekan Bung Hatta” merupakan kegiatan yang diinisiasi oleh Badan Kebudayaan Nasional Pusat Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan dalam mengenalkan sepak terjang, kisah dan inspirasi Bung Hatta kepada masyarakat luas.
Selama sepekan, dari 9 hingga 14 Agustus 2021, Badan Kebudayaan Nasional Pusat PDI Perjuangan menayangkan video-video talk show membahas Bung Hatta dalam berbagai perspektif, ditayangkan di Channel Youtube BKNP PDI Perjuangan setiap jam 16.30 WIB.
Pada episode Kamis, 12 Agustus 2021, BKNP PDI Perjuangan mengangkat tema ‘Bung Hatta Bapak Koperasi,’ secara khusus menggali latar belakang pemikiran koperasi Bung Hatta dan konsep ekonomi yang beliau gagas selama hidupnya.
Narasumber pada episode kali ini yakni ekonom senior dan politikus alumni Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Faisal H. Basri. Dialog dipandu Aris Setiawan Jodi, seorang aktivis kebangsaan dan kader PDI Perjuangan.
Faisal Basri mengungkapkan bahwa gagasan koperasi Bung Hatta didasari pada konsep ekonomi gagasan Hatta yang tentu berasal dari bahan bacaan buku-buku dan pengalaman selama pengembaraan intelektualnya di dalam maupun luar negeri.
“Gagasan ekonomi Hatta merupakan pemikiran alternatif dari kapitalisme pasca revolusi industri yang melihat sendiri betapa terjadi penghisapan para pemilik modal” jelas Faisal.
Kala itu, terjadi eksploitasi alam di Eropa sehingga muncul gerakan-gerakan untuk melawannya dari berbagai pemikiran seperti marxisme, sosialisme, dan pemikiran ekonomi yang disebut institusionalis.
“Saat belajar di Eropa, Bung Hatta melihat bahwa kondisi ekonomi di Indonesa juga merupakan perpanjangan tangan dari kapitalisme global. Jadi, pemikiran ini telah digagas Bung Hatta sebelum kemerdekaan Indonesia,” lanjut Faisal.
“Pemikiran-pemikiran Hatta dikirim dari Belanda dalam bentuk tulisan yang dimuat di media perjuangan berbaur dengan muatan lokal semangat dari Ki Hajar Dewantara dan semangat kebangkitan nasional dari Syarikat Dagang Islam.
Dari sana lahirlah pemikiran Bung Hatta yang sudah membumi untuk mempersiapkan Indonesia merdeka,” ungkap pria berdarah Batak yang juga salah seorang keponakan mendiang wakil presiden Adam Malik ini.
Dalam konsep ekonomi, Bung Hatta menggagas ungkapan sebuah istilah koperasi yang ia katakan sebagai persekutuan cita-cita atau di firma semacam persekutuan modal.
“Menurut Hatta, koperasi merupakan gerakan menghimpun kekuatan rakyat yang berserakan dan tidak terorganisir di masa penjajahan untuk menghadapi kaum kapitalis,” ungkap Faisal.
Ada tiga pilar dalam membangun koperasi yang luas. Pilar pertama di hulu sebagai produksi yang dipegang oleh petani. Kedua, pilar perdagangan rakyat yang diwakili oleh syarikat dagang rakyat.
Adapun pilar ketiga adalah lembaga keuangan rakyat yang saat produksi dan keuntungan meningkat, maka inilah yang menjadi tempat untuk menaruh uang atau modal.
“Sebab jika uang ini ditaruh di bank, maka ia akan mengalir ke kota dan rakyat tetap akan kekurangan darah,” lanjut pria kelahiran Bandung 6 November 1959 ini.
Bung Hatta ini telah menyusun dan membidangi berbagai gerakan dan bangunan ekonomi di Indonesia. Bahkan ia telah membidani lahirnya kongres koperasi pertama di Indonesia di tengah gagasan dan perdebatan antara tokoh bangsa saat itu.
Faisal juga menilai bahwa kelebihan Bung Hatta karena beliau mampu untuk memahami konteks sejarah dan sosiologi masyarakat Indonesia, sehingga ia tidak ambil mentah-mentah apa yang didapat dari Barat.
Ini seperti yang pernah diungkapkan oleh Bung Karno. “Nasionalis yang sejati, yang nasionalismenya itu bukan timbul semata-mata suatu copy atau tiruan dari nasionalisme Barat, akan tetapi timbul dari rasa cinta akan manusia dan kemanusiaan,” kutip Faisal.
Faisal menyimpulkan, ide-ide Bung Hatta berperan besar dalam landasan cetak biru perekonomian bangsa.
“Kalau bisa dikatakan, pisau analisa ekonomi Indonesia berasal dari tulisan-tulisan Bung Hatta,” pungkas Faisal.
Selengkapnya di