Bung Karno merupakan seorang pribadi yang dapat bersahabat dengan siapa saja. Jarak, kasta, dan ras bukanlah penghalang bagi Bung Karno untuk berteman siapa saja. Selain berteman dengan orang-orang dari kalangan mana saja, Bung Karno juga mempunyai ‘sahabat’ pemikiran dari para filsuf dunia. Terbukti, dalam buku ‘Di Bawah Bendera Revolusi’, hasil pemikiran dari para ‘sahabat’ Bung Karno seringkali dikutip dalam buku tersebut.
Pokok pikiran ini menjadi pembuka pembicaraan oleh Roso Daras, seorang penulis dan pengagum Bung Karno, dalam ‘Talkshow & Musik Bung Karno Series’ Episode ke-15 bertema ‘Bung Karno dan Para Sahabatnya, 15 Juni 2021. Talkshow menarik ini dipandu oleh pemikir nasionalis muda Syafril Nazirudin.
Menurut Roso, persahabatan Bung Karno bisa dibagi menjadi dua.
Yang pertama, yaitu sahabat yang belum pernah ia temui secara tatap muka: para pemikir dunia. “Bung Karno merasa sangat dekat pada para pemikir dunia ini karena selama diasingkan, kegiatan favoritnya adalah membaca buku-buku pemikiran para tokoh ini,” kata Roso Daras.
Penulis buku ‘Total Bung Karno: Serpihan Sejarah yang Tercecer’ itu menambahkan golongan kedua, yakni sahabat Bung Karno dari kalangan rakyat biasa yang ada di sekitarnya.
“Persahabatan Bung Karno dengan orang yang dianggap wong cilik bisa kita lihat ketika beliau diasingkan di Ende kemudian bersahabat dengan seorang lokal bernama Riwu. Riwu ini juga dibawa Bung Karno hingga ke Bengkulu. Bahkan ketika kemerdekaan, Riwu inilah yang keliling Jakarta untuk mengabarkan kabar kemerdekaan bangsa Indonesia” ungkap Roso Daras.
Roso Daras melanjutkan, persahabatan Bung Karno juga terdiri dari berbagai kalangan ideologi. Uniknya, Bung Karno selalu merangkul orang yang memiliki ideologi yang berbeda dengannya. Tak hanya itu, Bung Karno juga berteman dengan para pemimpin bangsa lain salah satu contohnya adalah John F. Kennedy hingga Che Guevara.
“Kedekatan Bung Karno dengan para pemimpin bangsa lain dapat terlihat ketika Bung Karno berkunjung ke mancanegara. Penyambutan kedatangan Bung Karno sangat meriah. Sorak-sorai masyarakat memenuhi sepanjang jalan yang dilewati oleh Bung Karno,” kenang Ketua Dewan Pembina Yayasan ‘Aku dan Sukarno’ ini.
Bung Karno memiliki sahabat yang sangat beragam, dari wong cilik hingga pemimpin dunia, dari yang sevisi ideologi hingga yang memiliki ideologi berseberangan. Salah satu contoh sahabatnya ialah Kartosuwiryo yang mendeklarasikan negara Islam, sebuah hal yang jelas menurut Bung Karno sebagai gerakan dan deklarasi sangat kontra serta revolusioner.
Namun, Bung Karno dengan Kartosuwiryo tetap berteman baik sebagaiman dulu mereka satu kos di rumah HOS Tjokroaminoto. Hal ini juga tercermin dalam persahabatan dengan Bung Hatta.
“Dua Bung founding father bangsa kita ini memiliki, kalo istilah anak muda sekarang, ‘love-hate relationship’. Mereka sevisi untuk memerdekakan bangsa, meskipun pada akhirnya Bung Hatta mengundurkan diri dari jabatan wakil presiden,” kata pria yang pernah menjabat sebagai manajer tim nasional sepak bola U-23 itu.
Roso mengisahkan, sepulang dari pengasingan di Banda Neira, dua Bung ini memilih dua jalan yang berbeda, Bung Karno mendirikan Partai Indonesia (Partindo) sedangkan Bung Hatta mendirikan PNI-Baru atau Pendidikan Nasional Indonesia.
“Namun perbedaan tersebut tidak mengurangi rasa persahabatan mereka. Terlihat ketika Bung Hatta sakit, Bung Karnolah yang mengirimkan perawatan terbaik Bung Hatta ke Eropa. Bung Karno pula yang mencarikan Bung Hatta istri.
“Pun ketika Bung Karno sakit. Di detik terakhir waktu kehidupan Bung Karno, Bung Hattalah yang menjenguk Bung Karno hingga menitikkan derai air mata,” pungkas wartawan senior itu.
Program ‘Talkshow & Musik’ BKNP PDIP dengan tema besar ‘Bung Karno Series’ hadir setiap hari pada bulan Juni pukul 16.30 WIB, tayang selama satu bulan penuh, dan dapat diikuti melalui kanal Youtube: BKNP PDI Perjuangan, Instagram: BKNPusat dan Facebook: Badan Kebudayaan Nasional Pusat.
Video selengkapnya bisa disimak di