Program Inspirasi Sahur Badan Kebudayaan Nasional PDI Perjuangan Episode 21- Kitab Fasholatan Karya KH. Soleh Darat Semarang| Lora Kholili Kholil.
Kiai Haji Soleh Darat merupakan sosok teladan yang mengajarkan bagaimana salat dapat membangun hubungan yang baik, tidak hanya dengan Allah namun juga dengan manusia. Dalam kitab karyanya yaitu ‘Kitab Fasholatan’ yang berbahasa Jawa, Soleh Darat memberikan kiat-kiat agar umat Islam khusyu dalam menjalankan ibadah salat dan mampu menciptakan kepedulian sosial, bukan sebatas ritual namun juga membentuk pribadi menjadi seseorang yang memiliki nilai-nilai kebangsaan.
Hal itu disampaikan oleh Peneliti Manuskrip Syakh Kholil Bangkalan, Lora Kholili Kholil dalam program Inspirasi Ramadan Edisi Sahur 2023 yang ditayangkan oleh akun Youtube BKN PDI Perjuangan menjelang sahur, dipandu oleh aktivis muda yang juga seorang seniman musik Claviora Salsabila pada Rabu (11/04/2023).
KH Sholeh Darat merupakan ulama besar yang lahir di Jepara pada tahun 1820. Ia merupakan ulama yang diriwayatkan menjadi guru KH Hasyim Asy’ari (Pendiri NU) dan KH Ahmad Dahlan (Pendiri Muhammadiyah). KH Sholeh Darat juga menjadi salah satu ulama yang mendapat izin atau lisensi untuk mengajar di Mekkah, Arab Saudi. Setelah dari Mekkah, KH Sholeh Darat mendirikan Pesantren di Darat, Semarang dan mengabdikan diri pada dakwah Islam hingga ia meninggal dunia pada tahun 1903.
“Kiai Soleh Darat menjelaskan bagaimana baiknya hubungan hamba dengan Allah dan juga seorang hamba kepada sesama hamba, atau yang biasa disebut dengan ‘habluminallah Wa Habluminannas’. Itulah isi singkat dalam kitab Fasholatan,” tutur Lora Kholili.
Alumni Pesantren Lirboyo, Kediri ini menjelaskan, kelebihan kitab Fasholatan yaitu mampu memandu seseorang agar dalam melaksanakan salat tidak hanya fokus kepada ritual atau tata cara salat, karena apabila seseorang salat namun tetap berbuat buruk maka ada yang salah dengan salatnya. Sebelum seseorang melakukan salat, tak hanya harus suci tempat, badan, maupun hati. Namun untuk mencapai ibadah yang sempurna seseorang harus suci baik badan, pakaian, serta yang terpenting yaitu suci hati.
Selain itu, KH. Soleh Darat menekankan mengenai pentingnya melepaskan ikatan-ikatan duniawi, melepaskan penyakit hati, hal-hal yang bersifat hedonisme untuk kesiapan menghadap ke haribaan ilahi.
“Ketika seorang hamba mengucapkan ‘Allahuakbar’, ucapan itu tidak hanya mengindikasikan bahwa tidak ada yang lebih besar selain Allah. Tetapi mengindikasikan bahwa seorang hamba hanya memprioritaskan kepentingan Tuhan, itu artinya hamba tersebut tidak lagi terikat dengan sekat-sekat duniawi,” tegas Lora.
Tak lupa, cicit Syekh Kholil Bangkalan ini menjelaskan mengenai latar belakang “Kitab Fasholatan”, bagaimana Kiai Soleh memberikan sentuhan yang indah dalam salat. Salat tidak hanya menjadi suatu ibadah yang bersifat ritual namun salat menjadi sarana bagi kita untuk saleh secara sosial.
“Adab atau etika ketika hendak melaksanakan salat di dalam kitab ini seperti yang sudah saya katakan tadi yaitu membersihkan batin. Apabila kamu ingin berkeluh kesah pada Tuhan-Mu atau ingin curhat kepada Allah maka salatah,” ucap Lora.
Ibarat akan berkonsultasi dengan dokter yang sangat sibuk karena padatnya jadwal, maka seorang pasien akan berpakaian sopan, dan mendengar serta menghargai dokter itu saat berbicara. Begitupun adab dan etika ketika salat pun harus memprioritaskan Tuhan dan rakyat banyak dibanding kepentingan ego kita sendiri.
“Allah tidak kemana-mana, Allah selalu hadir kepada hamba-Nya. Allah selalu ada, selalu sedia bagi hambaNya asal si hamba mau membuka tangan dari tabir matanya. Itu yang sering sekali dikiaskan oleh para Ulama dan Kiai Soleh Darat,” Lora menambahkan.
Pengasuh Pesantren Cangaan, Pasuruan, Jawa Timur ini berpesan kepada para kawula muda, bahwa salat oleh Allah sudah ditentukan waktunya kepada seorang mukmi. Artinya apabila ada pemuda yang beralasan berhalangan sholat, ia dapat melakukan yang dinamakan salat jamak dan Salat Lihurmati Waqti. Salat sama sekali tidak menghalangi rezeki maupun karir, justru salat melatih kedisiplinan dalam mengatur waktu.
Dalam kaitannya dengan Ramadan, Kiai Soleh menyebutkan bahwa satu ibadah salat ketika bulan Ramadan itu pahalanya dikalilipatkan hingga 70 kali, “Harus ada momentum minimal sebulan dalam setahun untuk memperbaiki diri, siapa tahu ibadah kita diterima Allah, sehingga hidup kita setahun ke depan menjadi lebih baik,” pungkasnya Lora Kholili Kholil.
Selengkapnya di